Oleh: Moh. Husen*
mepnews.id – Percakapan kelas warung kopi hari ini adalah seputar Hari Guru. Mereka saling memperbincangkan lalu-lalang media sosial yang ramai berisi ucapan selamat Hari Guru.
Tentu saja percakapan mereka ini tidak layak dijadikan rujukan, bagi mereka yang bersepakat bahwa rujukan yang sah hanyalah perbincangan di kampus atau di televisi.
Mereka yang di warkop ini hanya orang. Bukan intelektual, cendekiawan, aktivis sosial, pemikir, kutu buku, dan sejenisnya. Mereka hanya orang, tanpa embel-embel gelar.
Jika ada orang yang bersedia meneliti orang lain berdasarkan omongannya, dipersilakan. Jika ada orang meneliti orang berdasarkan gelarnya saja, juga dipersilakan.
So, marilah kita nikmati bersama perbincangan yang hangat saat turun hujan di warung kopi.
“Kalau aku amati, yang ngucapkan selamat Hari Guru, kayaknya bukan para guru deh…” kata seorang berkacamata mengawali pembicaraan.
“Maksudnya gimana?” seseorang yang agak kurus bertanya.
“Oo… Maksudmu para guru justru orang yang tak menghargai guru hanya karena mereka kurang begitu nampak menulis status selamat Hari Guru di medsos, gitu?” tukas teman sebelah sembari menyeruput kopi.
“Jangan gitu dong. Jangan menuduh guru tak mengenal bakti kepada guru hanya berpedoman mereka kurang menulis status apresiasi kepada guru. Guru itu hebat. Tidak mungkin guru tidak mengerti sikap menghargai kepada guru…” celetuk teman sebelah lagi, agak pojok.
“Ah, kamu ini. Kalau mau mengkritik guru yang jelas. Jangan mutar-muter sindir-sindir yang nggak jelas…” teman yang sedari tadi diam, langsung tancap gas bicara.
Ia juga menambahkan: “Gini lho cara mengkritik guru itu. Yang memuji guru ya memang bukan guru. Ada yang mantan guru, penjual cilok, pedagang di pasar, pengamen, hingga pemilik perusahaan. Memang mereka lah yang memuji para guru. Jangan nuntut guru yang ribet-ribet deh. Perkara ada guru yang tidak bisa menghargai orang lain dan mintanya dihargai melulu, itu perkara nanti aja deh, hehehehe…”
“Tenang… Tenang… Tidak usah melebar ke mana-mana…” kata si pembuka pembicaraan.
“Banyak kok guru yang mengucapkan selamat Hari Guru,” lanjutnya, “Mungkin di medsosku, teman guru hanya sedikit. Lagian ucapan selamat Hari Guru di medsos bukanlah parameter utama dalam menghargai guru. Menghargai guru itu ya dibuktikan nyata saat bertemu guru. Perkara banyak yang menghargai orang kaya dan penguasa serta melupakan dan meremehkan guru, itu perkara nanti-nanti aja deh…”
“Lantas perkara yang sekarang apa?”
“Pinjami aku duit buat bayar listrik dan wifi di rumah, hehehehe…”
“Asem, hahahahaha…”
Obrolan mereka terus berlanjut hingga hujan mulai reda, barulah mereka pulang.*
Banyuwangi, 25 November 2021
- Penulis buku Obrolan Lockdown. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi