Oleh: Nur Holipah
mepnews.id – Sebelum marak souvenir dijadikan buah tangan dalam acara-acara hajatan, banyak ragam jajanan tradisional terbungkus daun pisang yang disajikan dan dijadikan oleh-oleh buah tangan. Beberapa desa di Banyuwangi seperti Kemiren, Badhes, Grogol, Pelinggihan, Ubret, Petang, Jambean, Laos, Delik, dan lain-lain di pelosok, masih mempertahankan jajanan tradisional ini pada acara-acara selamatan, kenduri, pernikahan, khitanan, atau lainnya.
Souvenir berupa benda atau barang memang menawarkan kemudahan karena praktis, bisa dipesan, tidak ribet, tidak perlu proses panjang. Tetapi, menyajikan jajanan tradisional yang dikerjakan beramai-ramai oleh para pelabot tentu menjadi tindakan yang menjunjung tinggi nilai gotong royong dan kerukunan. Bukan hal baru bagi penduduk desa untuk ‘melabot’, mengerjakan proses masak besar, dalam tiap acara hajatan yang porsinya tentu tidak sedikit. Kata paribasan Using, “Nggendhong lan ngindhit bareng.” Dalam peribahasa Indonesia, sama artinya dengan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
Penyajian jajanan tradisional tetap jadi pilihan bagi penyelenggara hajat di beberapa desa di Banyuwangi karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Salah satu jajanan yang irit dan ramah lingkungan adalah olahan berbahan dasar pisang dan tepung beras. Umum dinamai Nagasari. Suku Using menyebutnya: Sumping.
Bagaimana sih, resepnya?
Bahan:
- Pisang 1 sisir (sudah dikupas ya!). Boleh jenis pisang apa saja. Di Banyuwangi, ada banyak jenis pisang yang cocok dijadikan sumping. Misalnya, pisang sobo, pisang rajanangka, dan pisang kayu. Asal jangan pakai gedhang kluthuk alias pisang batu ya! Hahaha. Pisang boleh dibiarkan utuh, atau dipotong simetris, dipotong menyerong, dibelah, atau dibagi menjadi dua sisi pipih.
Untuk adonan perlu disiapkan:
- Tepung beras Rosebrand 500 gr (tentu merk lain diperbolehkan). Misalnya ingin memakai tepung buatan sendiri, ya silakan. Beras dicuci terlebih dahulu kemudian direndam semalam. Tiriskan untuk menghilangkan kadar air. Barulah siap untuk digiling (dihaluskan) jadi tepung.
- Santan sekitar 5 gelas belimbing. Lebih gurih menggunakan santan dari parutan kelapa asli daripada santan instan. Jangan lupa mengupas kulit luar kelapanya, agar santan yang dihasilkan tidak keruh.
- Daun pandan 2 tangkai, agar adonan lebih beraroma wangi dan harum.
- Tepung tapioka (kanji) kira-kira 1 ½ ons.
- Gula ¼ kg atau sesuai selera.
- Garam secukupnya.
Jangan lupa, siapkan daun pisang untuk mengemas. Sobek kira-kira berukuran 20×20. Lebih lebar juga boleh.
Cara Mengolah:
- Campurkan santan, gula dan garam. Pastikan semua larut. Tambahkan sedikit demi sedikit tepung beras dan tepung tapioka sambil terus diaduk agar merata dan tidak ada tepung yang masih menggumpal. Tambahkan daun pandan.
- Bahan adonan yang telah tercampur rata dipanaskan di atas api sedang. Diaduk sampai mengental atau agak elastis dan tidak terlalu lengket ke wajan. Pastikan matang, angkat, tunggu agak dingin.
- Siapkan daun. Ambil sekitar 2 sdm adonan, letakkan ke atas daun dan pipihkan. Isi 1 buah pisang. Lalu balur dan tutup permukaan pisang yang masih terbuka dengan adonan lagi.
- Gulung daun pisang, lipat ke dalam di kedua sisinya hingga rapi. Lanjutkan sampai semua adonan habis.
- Sumping yang telah dikemas rapi bisa ditata ke dalam panci untuk dikukus selama kurang lebih 30 – 45 menit.
Proses membuat sumping alias nagasari ini memang panjang dan lama. Tetapi sebanding dengan kenikmatannya yang kenyal, lembut dan harum.
Selamat mencoba!
- Penulis adalah pengajar di SMP Negeri 1 Banyuwangi