mepnews.id – Anargya, tim riset mobil listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menorehkan prestasi dalam kompetisi desain kendaraan listrik. Menginovasikan kendaraan listrik Faratz EV, Tim Anargya ITS menyabet gelar runner up pada kompetisi yang diselenggarakan di ajang Formula-E Jakarta 2022.
Faratz EV merupakan mobil urban bertenaga listrik bertema futuristik, minimalis, dan sporty. Mobil yang didesain unit kecil Tim Anargya ITS ini mampu menempuh jarak 300 kilometer dengan kecepatan maksimal 133,2 kilometer per jam. Setir mobil dirancang menggunakan power steering dan suspensi menggunakan tipe anti rollbar, sehingga mobil berjalan stabil.
“Faratz EV didesain sebagai mobil sehari-hari untuk dikendarai dalam kota,” tutur Sultan Achmad Hidayatulloh, mahasiswa Departemen Teknik Mesin ITS yang juga ketua unit Tim.
Baterai yang digunakan berjenis lithium iron phosphate (LiFePO4) bertenaga 79 kWh dan dapat terisi penuh hanya dalam 1,7 jam dari keadaan kosong. “Perhitungan kami lakukan secara manual berdasarkan studi literatur dan hasil perhitungan disimulasikan dengan aplikasi Simulink,” ungkap mekanik Tim Anargya ITS ini.
Sultan menjelaskan, mobil didesain lebih user friendly untuk keamanannya. Dalam keadaan tidak normal, mesin mobil dapat dihentikan perlahan secara otomatis oleh sistem. Namun pengendara juga bisa melakukan selfdiagnosis, dengan mematikan sistem secara manual apabila merasakan kesalahan sistem.
“Sistem keamanan mobil secara manual ini dirancang lebih simpel, sehingga dapat melakukan aksi lebih cepat bila terjadi kesalahan sistem,” tambahnya.
Motor yang digunakan bertipe outrunner, saat umumnya mobil menggunakan motor tipe in wheel yaitu Motor Brushless DC (BLDC). Penggunaan motor tipe outrunner ini sesuai spesifikasi motor pada mobil yang membutuhkan daya 62 kWh. Pemilihan ini sangat berpengaruh pada kecepatan, konsumsi energi, dan akselerasi mobil.
Desain bodi Faratz EV dirancang menggunakan bahan galvani steel yang memiliki bobot lebih ringan, yaitu 72 kilogram. Bobot dari chasis mobil 234 kilogram. “Karena bobot baterai yang digunakan cukup berat, bodi dan rangka mobil didesain cukup ringan,” jelas mahasiswa asal Surabaya ini.
Tim yang beranggotakan Muhammad Nizaar Musyaffa, Hamzah Nur Azzam, dan Febrian Dwi Saputra yang dibimbing dosen Alief Wikarta ST MSc Eng PhD ini berhasil keluar sebagai runner up dalam kompetisi desain kendaraan listrik yang sustainable.
“Harapannya, inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi versi prototipe untuk kemudian diproduksi massal di Indonesia,” kata Sultan. (Frecia Elrivia Mardianto)