Hatiku Terpaut di Mantau Fya

Oleh: Sulistiyani

mepnews.id – Netraku memandang ke arah luar dari balik jendela kamar yang berukuran cukup luas untukku dan anakku yang masih berusia satu tahun. Tak terlihat bagasakara menguntai senyum cerianya. Nabastala terlihat muram, dengan tetesan bulir hangat yang jatuh dari matanya. Rinai hujan makin terdengar deras. Melenakan jiwa yang kembali nyenyat dalam mimpi. Aldino terlelap. Suaranya tak lagi gaduh semenjak tiga puluh menit yang lalu terlena dalam buaianku.

Kuletakkan raganya yang makin tambun di kasur, dan bergegas kulangkahkan kaki ke dapur. Mengeksploitasi isi dalam kulkas untuk segera diolah sebagai pengganti energiku yang terburai usai memberikan ASI pada Aldino anak semata wayangku. Lelapnya tidur adalah kesempatanku untuk berkutat dengan pekerjaan lain yang sesegera mungkin harus kutuntaskan, sebelum ia kembali terbangun dan meminta perhatian untuk berada di sampingnya.

Hujan di luar sana masih terdengar jelas dari tempatku duduk di kursi makan yang sedikit berbunyi karena sebagian bautnya telah lepas dan belum sempat kuperbaiki. Masih ada satu roti yang tersisa untuk kunikmati, tetapi tetap saja perutku masih terus menari menuntut untuk diisi kembali. Aldino kuat minum ASI, sehingga aku harus banyak mengisi energi dengan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan anakku dan diriku sendiri.

Isi kulkas terlihat sepi, sesepi hatiku saat ini. Sendiri merawat buah hati, tanpa suami yang kucintai. Kepergiannya dua tahun yang lalu, tak lantas membuatku terpenjara dalam lara yang tak kunjung padam. Meskipun duka itu terasa hingga ke lorong jiwa, tetapi demi buah hatiku yang saat itu masih berusia dua bulan dalam kandungan, membuatku bangkit untuk bertahan dan berjuang.

Segera kuambil gawai, dan kubuka aplikasi untuk memesan makanan secara online. Kuketikkan nama Mantau Fya di aplikasi tersebut, dan mesin pencarian dengan gegap gempita menemukan tulisan yang kuinginkan Mantau Fya, Bangun Reksa. Banyak jenis mantau yang bisa kita pilih di sini, mulai dari Mantau Original dengan Sapi Lada Hitam, Mantau Original (tanpa isi), Mantau Original dengan Sapi Lada Hitam, Sapi Lada Hitam 100 Gram, Mantau Original Goreng, Mantau Original Goreng Dengan Kepiting Lada Hitam, Kepiting Lada Hitam 100 Gram, Mantau Isi Frozen, Mantau Rainbow Sapi Lada Hitam, Mantau Rainbow Kepiting Asam Manis, Mantau Rainbow Isi Coklat, Mantau Isi Keju, Mantau Rainbow Ayam Asam manis, Bingka Kalimantan, Japanese Milk Bread, 2 Korean Garlic Cheese Bread, Roti Sobek Butter Cream, Mantau Kering, Mantau Kering Kepiting Asam Manis, Mantau Kering Kepiting Lada Hitam, Mantau Kering Bawang Dayak, Wedang Jahe Madu Dayak, Kopi Sepinggan Ting Tong 100 Gram, dan pilihan menu terakhir yang disuguhkan di aplikasi itu adalah Abon Ikan Asin Layur 85 Gram.

Banyak sekali pilihan menu di resto ini. Cukup lama memilih hingga akhirnya kuputuskan untuk memesan menu Mantau Rainbow Sapi Lada Hitam, dan Mantau Isi Frozen untuk persediaan di Freezer. Sedari malam, seperti layaknya orang ngidam, keinginanku untuk menikmati mantau ini begitu menggelora. Entahlah, sejak pertama mengenalnya aku sudah jatuh cinta padanya.

Pada awalnya, aku tak mengenal makanan ini. Makanan khas kota Balikpapan yang fasih terekam dalam memori hanya Amplang sejenis kerupuk dari ikan pipih kesukaanku. Pisang Gapit yaitu sejenis pisang Kepok setengah matang, lalu di gapit dengan alat khusus untuk memipihkan isi pisangnya atau ditekan pisang beserta kulitnya dengan bantuan telenan. Kemudian dibuka kulitnya dan dipanggang di atas bara api atau Teflon yang sudah diolesi margarin sampai matang kedua sisinya. Disajikan dengan cara dipotong-potong pisang yang telah dipanggang tadi, dan dipadukan dengan saus gula merah yang dibuat dari campuran santan, gula merah, gula pasir, daun pandan, maizena serta garam secukupnya. Dapat pula diberikan taburan dari parutan keju diatasnya dan potongan buah Nangka.

Banyak ragam makanan khas di kota tercinta ini selain Pisang Gapit dan Amplang. Ada Bubur Gunting, Abon Kepiting, Onde-Onde Ubi Ungu, Bingka Kentang, Peyek Kepiting, Nasi Bakar Seafood, Keripik Iron, dan tentu saja Roti Mantau ini. Sering kudengar kata Mantau tetapi sekalipun aku belum pernah menikmati bagaimana rasanya. Hingga saat ada acara Festival Kuliner di kota Balikpapan, kulihat tulisan Mantau Fya di antara deretan lapak makanan yang banyak ragam menunya.

Suasana festival kuliner di Balikpapan.

Rasa penasaranku pada makanan ini menguatkan langkah menuju ke lapak itu dan harus rela mengantre bersama pengunjung lainnya demi mendapatkan makanan yang diinginkan.

“Yah, tunggu di sini ya! Bunda mau ke sana,” pintaku sembari menunjuk arah lapak yang bertuliskan ‘Mantau Fya’.

“Beneran Bunda yang antre? Biar Ayah saja yang antre, Bund. Bunda duduk di sini saja sambil minum jus Alpukat kesukaan Bunda,” sergah suamiku yang tidak tega melihat istrinya harus berdiri lama ikut antrean.

“Hanya tinggal dua orang saja antreannya, Yah. Ayah saja yang duduk di sini, sambil jagain barang belanjaan kita,” bujukku padanya.

Akhirnya pria yang kucintai itu menuruti apa kataku, menunggu di kursi pengunjung dan sesekali memperhatikanku yang berdiri di belakang antrean.

Tiba saatnya giliranku, wajah cantik Penjaga Lapak itu menyapaku dengan ramah.

As-salamu’alaikum, Kak. Ingin pesan apa?” tanyanya ramah padaku.

Wa’alaikumus-salam, saya mau nyobain mantaunya, Mbak. Yang mana ya? Saya bingung,” jawabku polos.

Tak berada jauh dari mbak cantik yang tadi menanyakan pesananku. Datang seorang wanita anggun yang terlihat seperti pemilik lapak ini.

“Bisa dicoba yang original, Mbak. Ada pilihan ragam isi di dalamnya. Biasanya yang paling diminati adalah isi sapi lada hitam,” ucapnya sembari tersenyum.

“Boleh, Bu. Saya coba yang itu saja.”

Tidak menunggu lama, menu yang kupilih sudah dikemas dengan rapi. Kotak yang bertuliskan nama Mantau Fya terlihat menarik mata yang memandangnya. Bahan kotak yang tebal, membuat wadah itu terlihat elegan di mata. Wangi bumbu dari sapi lada hitam yang dibungkus terpisah dari roti mantau yang telah digoreng sempurna semakin mengaduk perutku yang meronta ingin segera menikmatinya. Setelah membayar dengan aplikasi Go Pay akupun berlalu dari tempat itu setelah kuucapkan terima kasih pada kedua wanita yang satu diantaranya terlihat seperti owner-nya.

Suamiku yang sudah menunggu, segera mengajakku kembali pulang kerumah yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Festival Kuliner. Lima menit perjalanan kami tempuh dengan menggunakan motor Aerox kuning kesayanganku. Tidak sabar rasanya ingin membuka Mantau Fya yang sepanjang perjalanan menggoda hati untuk segera menikmatinya.

“Yah, cepetan sini! Kita makan bareng, Bunda sudah ga sabar ingin mencicipi mantaunya,” ajakku pada pria yang masih di dapur mencuci tangan terlebih dulu.

“Iya, sayang,” ucapnya seiring langkahnya menuju tempatku menunggu.

Segera kubuka kemasan kotaknya, usai mengucap doa. Kami pun larut menikmati jajanan khas kota ini. Suamiku yang tidak suka nyemil, ikut menemaniku makan roti ini. Kuingat sekali, biasanya dia tidak doyan dengan apapun jenis roti-rotian. Katanya seperti nyangkut di tenggorokan jika dipaksa memakannya. Tetapi kali ini, terlihat dia sangat menikmati rotinya dengan lahap. Hingga ada empat roti mantau dihabiskannya sendiri.

“Yah, suka ya?” tanyaku sedikit keheranan.

“Iya, Bund. Kok enak ya? Lembut ga bikin tenggorokan Ayah seret,” jawabnya sembari tetap mengunyah roti mantau di mulutnya.

“Hihihi, perdana Bunda lihat Ayah bisa makan roti. Bisa saingan sama Bunda deh, kalo gitu,” gurauku dengan terkekeh.

Memang sungguh berbeda roti yang kunikmati kali ini. Rasanya yang unik, garing dan renyah di kulit luarnya, tetapi lembut di dalamnya membuatku tak mampu menghentikan gigitanku untuk mengunyahnya. Dipadukan dengan ‘Sapi Lada Hitam’ yang benar-benar menggugah selera dari aroma bumbu khasnya. Hingga saat merasakannya di lidah penikmatnya, mampu melupakan kesedihan yang terkadang merajalela. Dua belas roti kami habiskan berdua. Namun, seperti tidak terasa di mulut. Mungkin karena kelezatannya yang membuat kami tak bosan menyantapnya. Semenjak itu, kami selalu merindukan Mantau Fya di saat-saat santai kami. Hatiku telah terpaut di Mantau Fya sebagai makanan favorit-ku dan suami.

Kecintaanku pada makanan ini membuatku mencari tahu siapa pemilik usaha ini. Penasaranku akhirnya terjawab setelah kutemukan nama akun pemilik mantau di Facebook. Erny Rufiaty-wanita cantik yang terlihat anggun itu adalah nama pemilik mantau itu. Berteman di dunia maya, membuatku mengenalnya lebih dekat. Melihat unggahannya di Facebook dari kesehariannya bersama pasangan hidupnya yang terlihat romantis dan selalu harmonis, memotivasi dan menginspirasi siapapun yang melihatnya. Hingga perlahan aku mengetahui cara pembuatan Mantau Fya yang melegenda. Prestasi Mantau Fya di ajang Lomba Pangan mulai dari tingkat kota hingga tingkat nasional membuat jajanan ini makin terkenal.

Proses pembuatannya yang higienis, dengan bahan-bahan pilihan terbaik, membuat Mantau Fya semakin menjadi kuliner primadona yang digemari di kota ini. Roti mantau memiliki rasa yang lezat. Teksturnya lembut terbuat dari tepung terigu berprotein tinggi ini sangat cocok untuk camilan dan oleh-oleh. Kue mantau bisa disajikan dengan aneka makanan lain. Seperti kare daging, saus pedas manis atau sapi lada hitam. Mantau juga cocok untuk perjamuan di acara resepsi atau hajatan.

Cara membuat roti ini butuh ketelatenan, dan bagi ahlinya semua akan mudah dikerjakan. Bahan-bahan yang digunakan juga tidak sulit didapatkan. Berikut bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat mantau: Tepung protein sedang 600 Gram, tepung tang mien 100 Gram, tepung maizena 40 Gram, gula pasir 150 Gram, Baking powder 1 sendok teh, Ragi instant 15 Gram, Pengempuk roti (baker bonus) 4 Gram, air Es 200 mili Gram, Santan kental 100 mili Gram, Garam 1 sendok teh, Cokelat pasta 1 sendok teh.

Cara membuatnya adalah dengan mencampur terigu, tepung tang mien, tepung maizena, gula pasir, baking powder, ragi instant dan pengempuk roti. Aduk rata bahan-bahan tadi. Tuangkan air es sedikit demi sedikit kedalam campuran terung sambil diuleni hingga rata.Tambahkan santan dan garam, uleni hingga kalis. Bagi adonan menjadi 2 bagian. Tambahkan satu bagian adonan dengan coklat pasta dan sisanya biarkan tetap putih. Tipiskan adonan warna putih hingga setebal 0,5 cm dan adonan coklat setebal 0,3 cm. lalu letakkan adonan warna coklat diatas adonan warna putih. Gulung dan padatkan. Potong adonan seberat 50 Gram atau sesuai selera, alas bagian bawahnya dengan plastik. Tutup adonan dengan plastik/lap basah, dan diamkan adonan hingga mengembang kurang lebih tiga puluh menit. Terakhir, panaskan panci pengukus, kemudian kukus adonan hingga mengembang kurang lebih sepuluh menit dan angkat. Proses pembuatan roti mantau di atas dapat menghasilkan sekitar 40 buah roti mantau ukuran sedang. Meskipun mengetahui cara pembuatannya, tidak sekalipun aku mencoba mempraktikkannya. Aku lebih memilih memesan Mantau Fya yang sudah terpatri namanya di hati. Harga yang tidak menguras kantong celana, dengan beragam varian isinya yang tak diragukan rasanya, membuat cintaku tidak pergi kemana-mana.

Hingga suatu ketika, aku melihat unggahan berita duka datang dari pemilik usaha ini yang ramai di timeline Facebook. Kepergian suami yang juga parther sejati dalam mengembangkan usahanya termasuk Mantau Fya ini berpulang ke Rahmatullah. Sedih mengiris hati, seperti ikut merasakan bagaimana duka mendalam yang dirasakan keluarga yang ditinggalkan. Sama seperti kepedihanku yang ditinggalkan suami yang kucintai saat aku mengandung Aldino dua bulan di kandungan. Mengingatnya hanya menorehkan luka. Meskipun kenangan manis bersamanya sedikit mengobatinya. Termasuk kenangan tentang Mantau Fya yang menjadi cinta pertama suamiku pada makanan yang berjenis roti.

Kedua netraku basah. Bulir mataku sedari tadi luruh. Aku hanya mampu melangitkan doa untuk Ibu cantik pemilik Mantau Fya agar tetap tegar menjaga dan merawat cinta mereka Mantau Fya selain anak-anak mereka. Semoga iringan doa ini mampu menguatkan langkah wanita penuh inspirasi itu tetap tegak berdiri, makin menjulang tinggi menjadikan Mantau Fya sebagai ikon kuliner kebanggaan Balikpapan kota tercinta. Memautkan hati pada siapa saja yang mengenal dan menikmati citra rasanya, hingga ke mancanegara. Menjadikan kuliner kebanggaan yang tak lekang dimakan usia. Mantau Fya kupautkan hatiku padamu. Jajanan lezat pengiring rindu, pada cintaku yang lebih dulu meninggalkanku.

 

  • Penulis adalah guru di SMKN 2 Balikpapan, dan penulis novel Rindu dan kontributor di sejumlah antologi. Akun Instagram dan Facebook-nya @Sulis Ummu Yazid, serta Wattpad @SulisTiyani780. 

Facebook Comments

Website Comments