Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Suatu hari, remaja putri atlet sepakbola curhat ke saya. Yang dicurhatkan kira-kira begini;
“Ini mungkin terdengar sepele, tapi mengganggu saya di lapangan. Manajer tim minta kami mengenakan celana putih yang ada logo sponsornya. Memang sih ada pendapatan. Tapi, warna itu membuat saya merasa tidak nyaman di lapangan. Bagi manajer, mungkin ini hanya masalah warna. Tapi, bagi saya, setiap kali gerak, lari, atau jatuh, saya jadi lebih memperhatikan tubuh saya dibanding fokus ke permainan. Saya takut ada sesuatu yang tembus atau terlihat mencolok, terutama saat menstruasi. Ini membuat saya tidak pede. Bahkan, ketika tidak mens, saya juga cemas kalau tampak bercak keringat atau noda lain yang membuat saya malu. Maka, saya sering memeriksa celana sebelum dan sesudah latihan. Saat pertandingan, saya jadi fokus mengecek celana daripada menikmati permainan.”
………….
Pembaca yang budiman, masalah semacam ini memang jarang muncul di media massa. Ini lebih sering jadi obrolan kasak-kusuk antar person. Meski demikian, pengaruhnya signifikan. Beberapa bukti nyata dan ilmiah menunjukkan celana putih bisa menimbulkan masalah bagi atlet putri. Kalau putra, tak ada masalah.
Survey wawancara semi-terstruktur terhadap 127 wanita pemain sepakbola amatir di Inggris mengungkapkan ketidak-nyamanan mereka pada seragam terkait menstruasi. Survey wawancara semi-terstruktur terhadap 15 wanita pemain rugby internasional mengeluhkan masalah terkait siklus menstrasi.
Lebih fokus, ada penelitian tentang hubungan antara mengenakan celana pendek putih dan hasil pertandingan. Berdasarkan data dari semua pertandingan di Piala Dunia FIFA Wanita dan Kejuaraan Eropa UEFA 2003-2023, tim yang mengenakan celana pendek putih selalu memperoleh lebih sedikit poin per pertandingan. Untuk tim pria, celana putih tidak terlalu mempengaruhi performa.
Warna putih pada celana bisa memicu kecemasan atlet wanita terkait menstruasi atau hal-hal lain yang membuat tidak percaya diri. Saat kecemasan terjadi, atlet wanita jadi kurang fokus pada pertandingan. Akibatnya, performa tim jadi menurun. Padahal, kecemasan atlet saat menstruasi bisa dihindari jika tidak mengenakan celana putih saat bertanding.
Semakin banyak organisasi olahraga menyadari masalah tersebut. Turnamen tenis tertua di dunia, Wimbledon, pada 2023 menghentikan syarat pakaian serba putih dan mengizinkan petenis wanita mengenakan celana pendek warna gelap. Tim nasional sepak bola wanita Inggris, Prancis, Selandia Baru, dan Denmark mengumumkan tidak akan bermain dengan celana pendek putih. Mulai musim 2024, semua tim liga sepakbola wanita Amerika Serikat sepenuhnya meninggalkan celana pendek putih.
Maka, kepada remaja pemain sepakbola putri yang curhat, saya katakan, “Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak atlet wanita menghadapi ketidaknyamanan serupa. Rasa cemas yang kamu alami bisa diatasi. Antara lain, kenakan saja perlengkapan yang membuatmu nyaman. Jika manajer tim mengharuskan celana putih, coba tambahi short tights atau legging warna gelap di dalamnya untuk perlindungan ekstra. Ini bisa mengurangi kecemasanmu. Yang terpenting, kamu ada di lapangan bukan untuk dinilai pakaianmu, tetapi karena kemampuan bermainmu.”