Bakul Dawet Ber-IPK 3,84

mepnews.id – Setamat SMP, tidak pernah terlintas di benak Dimas Landung Dwi Prakoso untuk kuliah. Bahkan, ia tidak tahu apakah bisa melanjutkan ke jenjang SMA. Itu karena keluarganya tidak mendukung dan terkendala keuangan.

Maka, Landung memberanikan diri masuk ke pondok khusus yang menampung anak yatim dan duafa. Pondok Pesantren Darul Fatihah Pundong Bantul.

“Dengan ikut pondok, saya dibiayai sekolah sampai lulus dan dijamin uang saku setiap hari,” kata Landung, lewat situs resmi uny.ac.id edisi 3 Januari 2025.

Beruntung, pria kelahiran Bantul 25 Maret 2005 itu diterima di SMAN 1 Bambanglipuro dan menghasilkan beberapa prestasi. Salah satunya juara 1 Inovasi Project Moderasi Beragama Kementerian Agama RI tahun 2022.

Maka, saat kelas XII, Landung termasuk siswa eligible perguruan tinggi negeri. Didukung medali yang didapatkan, ia disarankan melanjutkan kuliah melalui jalur SNBP.

“Namun, pihak keluarga saya tidak mendukung karena berbagai pertimbangan. Salah satunya pembiayaan. Padahal, cita-cita saya ingin meneruskan belajar sampai tamat. Bagi saya, pendidikan merupakan keharusan,” ujar warga Samen, Sumbermulyo, Bambanglipuro itu.

Untungnya, sekolah sangat mendukung. Landung berkonsultasi dengan guru BK saat masih pesimis tentang studi lanjut. Eny, guru BK SMAN 1 Bambanglipuro, meyakinkan Landung untuk studi lanjut. Bahkan Kepala SMAN 1 saat itu Gami Sukarjo MPd memberikan informasi beasiswa karena sekolah sangat mendukung siswanya lanjut kuliah dan berusaha memfasilitasi siswanya untuk mendapatkan beasiswa KIPK.

Akhirnya Landung memilih program studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum di Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogyakarta, melalui jalur SNBP. Ia diterima.

Tidak mengecewakan, Landung selama kuliah berhasil meraih indeks prestasi kumulatif 3,84 dan berkesempatan menjadi narasumber di beberapa acara mentoring anak muda. Ia juga aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa.

Landung pemuda ulet. Pondok pesantren tempatnya nyantri juga mengajari ia mandiri sejak dini. Maka, Landung mencoba berjualan es dawet dengan modal yang didapat dari pondok.

“Saya berdagang es dawet hitam di dekat pondok. Alhamdulillah, laku keras. Sekarang, saya bisa berjualan dawet hingga lima tempat bersama teman-teman,” kata putra pasangan Latino (alm) dan Sumiriyati itu.

Uang hasil berdagang ditabung serta disisihkan untuk pondok pesantren.

Selain berdagang es dawet, ia juga memelihara kambing di rumah. kambing diperolehnya dari hasil ngarit atau mencarikan rumput untuk kambing tetangga, sekaligus menggembalakannya. Uang hasil ngarit dikumpulkannya dan dibelikan kambing. Sekarang jadi tujuh ekor.

“Kambing ini saja jadikan tabungan bila butuh uang secara tiba-tiba,” papar Landung, yang tetap setia ngarit untuk memberi makan tujuh kambingnya.

Pria yang sudah yatim sejak umur 5,5 tahun tersebut berpesan pada mahasiswa agar pantang menyerah menghadapi kesulitan ekonomi.

“Cita-cita akan terwujud bilamana kita pantang menyerah menggapainya. Tidak apa bersakit-sakit dahulu, karena semua butuh proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan,” kata mahasiswa semester 4 tersebut.

Landung juga berterimakasih kepada UNY. Berkat beasiswa KIPK, ia bisa menggapai cita-cita masa kecil yaitu berkuliah. Ia berharapan bisa berkuliah dengan baik dengan beasiswa KIPK. (Dedy)

 

Facebook Comments

Comments are closed.