mepnews.id – Musim penghujan, beberapa wilayah di Indonesia merasakan terjangan angin puting beliung yang berdampak cukup signifikan. Maka, perlu pemeriksaan infrastruktur untuk menghadapi kondisi tak terduga. Sinergi seluruh pihak juga diperlukan agar masyarakat selalu siap.
Dr Ir Amien Widodo MSi, peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) mengingatkan perubahan iklim global memicu cuaca ekstrem. Salah satunya, angin puting beliung dengan peningkatan frekuensi, kekuatan, kecepatan, dan jangkauan wilayah terdampak.
“Fenomena ini dikaitkan dengan keberadaan awan cumulonimbus, yang menghasilkan angin berputar dengan kecepatan tinggi kurang dari lima menit,” jelasnya, dilansir situs resmi its.ac.id, edisi 3 Desember 2024.
Acapkali, kerusakan rumah atau pohon dikaitkan sebagai akibat terjangan angin puting beliung. Padahal, menurut Amien, terdapat faktor internal yang memengaruhi daya tahan struktur. Pohon yang batangnya keropos, akarnya serabut, atau sudah tua lebih rentan roboh. Rumah dengan struktur atap tidak kokoh akan lebih mudah terdampak. Oleh karena itu, masyarakat diimbau memeriksa kondisi rumah, pohon, dan infrastruktur lainnya secara berkala.
Ia mengimbau masyarakat lebih memperhatikan infrastruktur dan vegetasi yang berpotensi membahayakan. Langkah paling sederhana, pastikan atap rumah terpasang dengan baik dan dalam kondisi kuat. Untuk kondisi pohon, jangan memasang benda berat di area pohon.
ITS mengambil langkah proaktif untuk membantu memerangi dampak angin puting beliung. Salah satunya melalui webinar bertajuk Antisipasi Angin Puting Beliung bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Lebih lanjut, Ilmuwan Geologi ini menegaskan, pendekatan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat turut mendukung keberhasilan memantau kondisi lingkungan. Masyarakat segera melaporkan jika melihat kondisi pohon yang tidak sehat dan kurang layak. Pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), berperan mengeksekusi penggantian pohon yang sudah tidak sehat. Akademisi berfokus pada pemetaan risk tree assessment di beberapa lokasi. (Silvita Pramadani)