Waspada Gelombang Panas; Jaga Fisik dan Mental Tetap Sehat

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Sejak awal April 2023, gelombang panas (heat wave) melanda benua Asia. Mulai dari kawasan Asia Selatan terutama India, panas bergerak ke kawasan Asia Timur dan Tenggara. Kawasan terdampak antara lain; India, Bangladesh, Cina, Laos, Myanmar, Pilipina, Thailand, dan Vietnam.

Suhu di kawasan terdampak lebih dari 40°C. Enam kota di kawasan utara dan timur India mencatat temperatur di atas 44 °C. Pemerintah Thailand pada 22 April mengeluarkan peringatan karena indeks panas mencatat rekor 54 °C. Panas tinggi meminta belasan korban di India, dan puluhan lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Bagaimana dengan Indonesia? Suhu panas memang banyak dirasakan pada April 2023. BMKG mencatat wilayah Ciputat di Tangerang Selatan mencapai 37,2°C pada 17 April. Di Pangsuma, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, 36,6°C pada 18 April. Nanga Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat, 36,5°C pada 18 April. Medan, Sumatera Utara, mencatat 36,5°C pada 15 April.

Pembaca yang budiman, kita tetap perlu waspada meski panasnya Indonesia masih belum tergolong heat wave. Mengapa? Saat suhu lingkungan meningkat drastis, tubuh manusia bereaksi dengan melakukan beberapa mekanisme bertahan. Jika tidak mampu bertahan, ada gangguan fisik serta mental yang bisa fatal.

Saat udara panas, tubuh melebarkan pembuluh darah (vasodilatasi) untuk meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit sehingga panas dapat dikurangi melalui menguapnya keringat. Ini menyebabkan kulit kemerahan dan terasa panas.

Pada saat yang sama, kelenjar keringat bekerja keras menghasilkan lebih banyak air untuk mengendalikan panas tubuh. Frekuensi napas meningkat untuk membantu mengeluarkan panas dari dalam tubuh melalui udara. Jantung bekerja bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, terutama ke kulit.

Heat wave juga memengaruhi kinerja otak dan sistem syaraf. Saat tubuh kehilangan banyak cairan karena keringat berlebihan, yang terjadi adalah dehidrasi. Ini dapat menyebabkan volume otak menyusut karena kekurangan cairan. Fungsi otak jadi berkurang, timbul sakit kepala, lelah, dan sulit berkonsentrasi. Tak pelak, terjadi pula penurunan kinerja kognitif, termasuk penurunan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi.

Heat wave juga meningkatkan risiko stroke. Suhu terlalu tinggi memicu vasokonstriksi, yang bisa menekan pembuluh darah di otak. Suhu tinggi dapat memengaruhi sistem saraf otonom. Sistem syaraf ini tugasnya mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak terkontrol secara sadar, seperti detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Gangguan pada sistem saraf otonom ini dapat menyebabkan orang pingsan atau kehilangan kesadaran.

Jika tubuh tidak dapat menyeimbangkan suhu dengan kondisi lingkungan, dapat terjadi kerusakan organ penting seperti otak dan jantung. Maka, jaga diri sendiri agar tetap terhidrasi dan hindari terpapar suhu terlalu tinggi untuk mencegah kerusakan otak, sistem saraf, dan organ penting lainnya.

Saat suhu tinggi, hindari kegiatan fisik berlebihan karena dapat menyebabkan kelelahan dan dehidrasi. Lebih banyak minum air dan minuman elektrolit. Menjaga diri tetap terhidrasi dapat membantu menjaga kesehatan mental.

Cari tempat yang lebih dingin, seperti tempat ber-AC atau tempat teduh. Jika perlu, sering-seringlah mandi. Bisa juga menceburkan diri di kolam. Hal ini dapat membantu mengurangi dehidrasi, stres dan kelelahan akibat panas.

Jaga pola makan. Suhu tinggi memengaruhi nafsu makan. Orang cenderung mengonsumsi makanan lebih ringan dan mudah dicerna selama gelombang panas. Pola makan sehat dapat membantu menjaga kesehatan mental saat heat wave.

Hindari kerumunan. Saat suhu terlalu panas, kerumunan dapat memperburuk kondisi panas dan meningkatkan risiko terpapar virus atau penyakit lainnya.

Facebook Comments

Comments are closed.