Oleh: Teguh W. Utomo
mepnews.id – Ini terjadi saat Anda mendengarkan orang berbicara untuk mengurangi masalah dia. Bisa berbentuk sekadar mendengar curhatan seseorang. Bisa juga untuk urusan medis. Para praktisi medis, konselor dan pakar profesional lainnya sering menggunakan jenis mendengar ini untuk memecahkan masalah klien. Anda juga dapat menggunakan therapeutic listening untuk mendengarkan teman mengekspresikan emosi atau mencari nasihat.
Keterampilan mendengarkan jenis ini sangat efektif dibutuhkan ketika Anda sedang membangun hubungan baik dengan rekan kerja, klien potensial, atau bahkan orang-orang tertentu untuk urusan personal.
Sama dengan jenis mendengarkan yang lain, therapeutic listening juga mengharuskan Anda mendengarkan informasi. Namun, poin utamanya adalah Anda perlu memahami orang yang Anda ajak bicara.
Perilaku Anda yang biasa diperlukan saat therapeutic listening adalah:
- Hadir
Anda harus hadir secara fisik dan mental di dekat lawan bicara. Anda menunjukkan perilaku dan isyarat non-verbal yang menunjukkan Anda tertarik dengan apa yang dikatakan pembicara.
Maka, bahasa tubuh tertentu sangat diperlukan. Antara lain, jangan sampai bersedekap, usahakan tubuh mengarah ke pembicara, ekspresi wajah yang menunjukkan Anda memperhatikan pembicara, dan lain-lain.
Misalnya, Anda dapat menggunakan kontak mata atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan seksama.
- Berempati.
Anda harus bisa merasakan apa yang dirasakan si pembicara. Anda bisa berpikir sebagaimana dipikirkan orang yang sedang berbicara. Pendeknya, Anda seolah-olah bisa masuk ke dalam alam pikiran si pembicara.
Mungkin agak susah, tetapi jenis mendengarkan yang satu ini memungkinkan Anda belajar lebih banyak tentang pengalaman dan perspektif orang lain terlepas dari seberapa miripnya dengan pengalaman dan perspektif Anda sendiri.
Misalnya, jika sahabat mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap suatu produk, maka Anda dapat menggunakan empati untuk memahami bahwa ada harapan dia yang tidak terpenuhi dan Anda menentukan bagaimana perasaan Anda terhadap posisi sahabat itu.



Oleh: Teguh W. Utomo