mepnews.id – Menurut Fay Agathangelou, membuat karya adalah salah satu cara ekspresi diri untuk kemudian membangun rasa kepercayaan diri. Pikiran dan perasaan perlu disalurkan dengan cara yang sehat lewat aneka kreasi. Maka, kreativitas dapat membantu seseorang menempatkan segala sesuatu dalam perspektifnya.
Mempresentasikan karya juga mendorong tumbuhnya rasa percaya diri, menurut penelitian Wendy H. Vogel dan Pamela Hallquist Viale. Memberikan presentasi lisan adalah cara yang baik untuk mendemonstrasikan hasil karya, pengetahuan, keterampilan dan kemahiran di bidangnya. Presentasi ini juga melatih ketrampilan public speaking.
Dua metode ini dipadukan oleh SD Surabaya Grammar School (SGS) di kawasan Wisata Bukit Mas di Surabaya barat. Perpaduan ini muncul dalam Project Based Assessment (PBA) siswa kelas 6 di sekolah SPK ini. Setelah berkarya berupa project tertentu, para siswa mempresentasikannya secara terbuka.
Pameran karya-karya itu digelar di hall SD SGS pada 31 Mei, 2 Juni dan 3 Juni 2022. Saat pameran, para siswa mempresentasikan karya pada sesama siswa terutama adik-adik kelas, pada para orang tua yang menghadiri undangan, serta pada publik termasuk sejumlah wartawan.
Karya-karya yang dipamerkan di meja-meja presentasi itu terbagi ke dalam lima katagori besar. Pertama, kebun binatang mini. Kedua, miniatur rumah. Ketiga, kuliner berupa kue-kue kering siap makan. Keempat, baju dari bahan daur ulang. Kelima, menanam sayur.
Lindsay Allisa dan Michelle, misalnya, membuat model kebun binatang mini. Di dalamnya ada hewan-hewan mini dari plastik. Untuk pagarnya, mereka membuatnya dari stik es krim. Pohon dan rumputnya dari plastik. Juga ada potongan karton untuk rumah.
Florence dan Michiko mempresentasikan cookies buatan teman-temannya. Dengan ramah dan senyum, mereka menawarkan kue-kue kering pada siapa saja yang singgah di depan meja pamerannya. “Silakan cicipi,” ucap mereka.
Sebelum dipamerkan di depan umum, karya-karya itu sudah lebih dulu diuji dan dipresentasikan di depan guru kelas masing-masing beberapa hari sebelumnya. Proses pembuatan oleh para siswa itu direkam dan ditayangkan saat pameran di hall. Para undangan bisa menyaksikan bagaimana para siswa berbicara membeberkan karya mereka.
Karya-karya itu dibuat untuk tiga kompetensi pelajaran; Sains, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Meski SD SGS menggunakan pengantar Bahasa Inggris, para siswa juga harus bisa mempresentasikan karya dalam Bahasa Indonesia. Saat membuat sesuatu untuk karya, mereka menerapkan prinsip-prinsip sains. Untuk menghitung ketepatan ukurannya, mereka menggunakan Matematika.
Meski demikian, kompetensi yang lain juga bermunculan. Pada project pakaian dari bahan daur ulang, misalnya. Karya yang dihasilkan mengandung kompetensi artistik. Ada model-model pakaian yang dibuat dari kantong tas kopi Starbuck, kantong plastik sekali pakai, hingga kertas koran. (tom)