Pengolah Limbah Cair Peternakan

mepnews.id – Air merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Namun, apa jadinya jika air tercemar limbah berbahaya? Mengatasi hal tersebut, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sistem pengolahan limbah cair pada peternakan sapi perah agar tidak mencemari perairan sekitar.

(dari kiri) Ahmad Prayoga, Nabiilah Aziizh Tjandra, dan Akbar Krisna Wandana.

Tim ini dipimpin Nabiilah Aziizh Tjandra, beranggotakan Akbar Krisna Wandana dan Ahmad Prayoga yang sama-sama mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS.

Nabiilah mengungkapkan, masih ada peternak sapi perah yang belum bisa mengelola limbah dengan baik. Di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, merupakan daerah dengan komoditas peternakan melimpah. Namun, 56,67 persen peternak sapi perahnya masih membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan. Sebagian besar peternakan konvensional yang tidak mempunyai sistem pengelolaan limbah.

Nabiilah menjelaskan, dari penelitian yang telah dilakukan diketahui kualitas air sungai memiliki angka melebihi ambang baku mutu air limbah yang diperbolehkan yaitu Chemical Oxygen Demand (COD) 20 – 80 miligram per liter dan Total Suspended Solid (TSS) yang mencapai 64 – 94 miligram per liter. “Oleh karena itu, diperlukan sistem pengolahan air limbah yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan,” tutur mahasiswi asal Surabaya ini.

Tim yang dipimpin Nabiilah merancang instalasi pengolahan air limbah menggunakan membran bioreaktor yang diintegrasikan dengan Internet of Things (IoT) untuk memudahkan peternak. “Membran bioreaktor dipilih karena terbukti efektif memperbaiki baku mutu luaran limbah olahanya,” jelas mahasiswi tahun pertama ini.

Pada sistem instalasi ini, air limbah hasil peternakan memasuki penampungan sebelum dilewatkan membran bioreaktor untuk difiltrasi. Sistem juga dilengkapi sensor untuk memastikan kualitas luaran limbah sesuai standar baku mutu, yaitu kurang dari 50 miligram per liter. “Ketika kualitas belum terpenuhi, air limbah difiltrasi kembali memasuki membran bioreaktor,” paparnya.

Sistem pengolahan air limbah rancangan timnya dilengkapi sensor yang mendeteksi cake fouling akibat impurities yang terperangkap. Cake fouling ini mengakibatkan proses filtrasi menjadi tidak efisien sehingga membran harus dibersihkan. “Dengan adanya sensor ini, peternak mengetahui kapan membran harus dibersihkan,” terang Nabiilah.

Tim ini meyakini, sistem pengolahan limbah cair buatan mereka mempunyai tingkat keefektifan 99.98 persen dalam memfiltrasi kandungan kimia berbahaya. “Ke depan, harapannya, inovasi kami dapat segera terealisasi sehingga memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat,” kata Nabiilah.

Melalui inovasi yang bertajuk Pengaplikasian Membran Bioreaktor dengan Sistem Monitoring Kualitas Luaran Limbah berbasis IoT pada Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Sungai, Nabilah dan tim meraih Juara 1 dalam ajang Pertamina Smart Innovation Boyolali 2022 yang diadakan Pertamina Patra Niaga Boyolali. (Tyara Novia Andhin)

Facebook Comments

Comments are closed.