mepnews.id – Selasa 24 Mei 2022, 27 orang yang mewakili berbagai komponen masyarakat; praktisi ekonomi, akademisi, birokrat, politikus, tokoh agama, budayawan, sosiolog, direktur media cetak dan online, berkumpul dan menyepakati berdirinya KSK (Kajian Sor Keres).
Kajian ini diilhami dari Kajian Utan Kayu di Jakarta atau Ladang Kata Yogyakarta. Tujuannya tidak lain sebagai media mengangkat Bojonegoro dengan segala potensi yang dimiliki di mata regional, nasional, bahkan internasional.
Abdus Safiq, dari media online Damar Info, memberikan semacam prolog. Ia menyebut, kajian yang dihadiri banyak tokoh yang majemuk ini diharapkan dapat menjadi ‘ruang publik’ dalam mengkaji, menganalisis, dan membuat rumusan yang dapat memberikan masukan semua pihak; Eksekutif, legislatif, yudikatif, terhadap lahirnya kebijakan yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Bojonegoro.
M. Yazid Mar’i, selalu pemerhati sosial budaya yang kemudian didapuk sebagai sekretaris kajian, menambahkan, “Bojonegoro sebagai penghasil minyak dan sebagai Kabupaten/kota yang memiliki APBD terbesar ke-3 di Jawa Timur dan ke-6 se Indonesia, harus mampu meningkatkan human resources seiring dengan nama besarnya.”
Mas Dry, sapaan akrab praktisi ekonomi Dri Subagio yang siang itu didapuk sebagai ketua, menambahkan, meski anggota kajian terdiri dari berbagai latar belakang berbeda namuan semua mampu melepas baju masing-masing ke dalam satu baju “manfaati Bojonegoro”.
Dalam kajian itu hadir juga tiga mantan anggota Dewan yang intens terhadap kemajuan Bojonegoro. Mereka sangat mengapreasi lahirnya kajian ini dan berharap mampu memberikan warna terhadap Bojonegoro ke depan di mata regional, nasional, dan internasional. Jelasnya, dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dan perkembangan Bojonegoro.
Diskusi yang berlangsung hampir tiga jam itu ditutup dengan doa. Namun, sebelum ditutup, seluruh yang hadir sepakat komunitas ini dilegalkan sehingga memiliki kekuatan hukum. (Zid)