Mengintip Kampung Inggris Bersejarah di Banyuwangi

Oleh: Chelsea Fransisca Laurent

mepnews.id – Kalau bicara soal Kampung Inggris, biasanya pikiran orang mengarah ke Pare di Kediri. Ya, di Pare memang banyak tempat kursus Bahasa Inggris. Saking banyaknya, sampai-sampai tempat itu dijuluki Kampung Inggris. Bahkan, kursusannya kini berkembang ke daerah-daerah lain dan ke jagad online.

Tapi, di Banyuwangi juga ada Kampung Inggris yang berbeda. Namanya, Inggrisan. Ini bangunan bersejarah di Jl Diponegoro No. 5, Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi. Letaknya di pusat kota, tepat di sebelah barat RTH Taman Blambangan. Bangunan berusia ratusan tahun ini disebut-sebut sebagai peninggalan Kerajaan Inggris.

Jika mencari lokasi ini pada Google Map, gunakan saja nama ‘Inggrisan Banyuwangi’ untuk lebih cepat mendapat lokasinya. Mengacu pada jalan menuju Taman Blambangan lewat sebelah baratnya, adalah jalur yang biasa dilalui pengunjung situs bersejarah bernama Asrama Inggrisan.

Asrama Inggrisan bisa diakses dari jalan pertigaan SPBU depan Kodim 0825 Banyuwangi ke arah Taman Blambangan. Tak jauh dari titik tersebut, ikuti jalan sampai pertigaan SDN Kepatihan. Setelah itu, belok ke kanan sampai Gedung Juang yang terletak tepat di utara Taman Blambangan. Terdapat perempatan, belok kiri. Tak jauh, terdapat tempat yang terlihat seperti parkiran di belakang pagar yang sudah termasuk wilayah Inggrisan.

Jika ingin berkunjung, Anda cukup mengisi buku tamu atau melapor ke RT setempat. Jika hanya ingin menfoto area luar, atau yang tak jauh dari pintu masuk, biasanya tak perlu lapor ke RT atau pun mengisi buku tamu.

Asrama Inggrisan berada di lokasi tempat warung-warung kopi berdiri. Ada gapura bertuliskan “ASRAMA INGGRISAN”. Di depan gapura, para pengunjung Taman Blambangan dan sekitarnya menitipkan atau mamarkir kendaraan di depan warung-warung. Di sini masyarakat sekitar yang dominan bapak-bapak bersantai untuk sekadar nongkrong.

Pohon besar di tengah halaman asrama.

Di depan asrama, terdapat spot foto Lorong Bambu tempat pengunjung berolahraga maupun sekadar berswafoto. Jika ingin memasuki Asrama Inggrisan, pengunjung masuk melalui gapura dan disambut oleh luasnya halaman asrama. Di sekeliling halaman, terdapat bangunan-bangunan tua yang khas dengan jejeran pohon-pohon rindang. Uniknya, ada satu pohon lumayan besar berada tepat di tengah halaman.

Di sebelah kanan pohon, terdapat bangunan dua lantai dengan tangga setengah melingkar sebagai jalan menuju lantai atas. Lantai bawah, saat zaman kolonial Belanda, digunakan sebagai kandang kuda. Lantai dua digunakan untuk rapat pertemuan atau kegiatan tertentu.

Bangunan bagian bawah (kandang kuda) menggunakan bahan cor hampir 80% berbahan kayu jati yang disanggah pilar cor sejajar. Pada lantai dua, langit-langit atapnya terlihat hampir lepas atau jebol. Lantai dua dan tangganya juga dari kayu, termasuk pagar pembatasnya.

Arsitekturnya mengadopsi arsitektur lokal, karena dulu di pesisir Banyuwangi banyak orang bugis dengan gaya arsitektur rumah panggung. Namun, daun pintunya cukup besar sebab orang Eropa memiliki tinggi badan yang tidak setara dengan masyarakat pribumi.

Sampai saat ini, belum terdapat catatan sejarah pasti mengenai siapa yang pertama membangun tempat ini. Penguasaan bangunan seluas 1 hektare ini juga sempat berpindah tangan beberapa kali dan berubah pengunaan sesuai kepentingan penguasanya.

Menurut pemerhati sejarah sekaligus sejarawan lokal Banyuwangi, Suhailik, bangunan ini pertama kali didirikan pada 1766 sebagai kantor kecil oleh kongsi dagang Inggris yakni East India Company (EIC). Lalu, bangunan ini mengalami renovasi dan alih fungsi berulang kali. Salah satunya saat Belanda masuk pada 1767 di Banyualit.

Menurut cerita, pada tahun 1743 terjadi konflik terkait suksesi Kerajaan Mataram di Jawa bagian tengah. Dalam kondisi ini, VOC (kongsi dagang Belanda) turut campur urusan tahta kerajaan Mataram. Sebagai imbalan, pantai utara Jawa diberikan kepada VOC oleh Pakubuwana II. VOC diberi wewenang penuh atas Madura, Surabaya, Rembang, Jepara dan Blambangan.

Saat kondisi tidak stabil, seiring dengan persaingan dangang global kala itu, EIC bersama pasukan Inggris lebih dulu memasuki Blambangan melalui jalur laut atas ijin protektorat Mengwi di Kerajaan Bali. Dari situ, EIC mendirikan kantor dagang. Alasan mereka mendirikan kantor di titik tersebut karena dekat Taman Blambangan yang strategis untuk jalur dagang menuju Australia.

Beberapa sumber lain menyebutkan, Asrama Inggrisan dibangun Belanda antara 1776-1811 melalui VOC dan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Ada juga yang berpendapat, Asrama Inggrisan dibangun rakyat Blambangan era Raja Danuringrat. Awalnya bangunan tersebut merupakan markas bernama Singodilaga. Tak lama berselang, EIC masuk dan menjadikan Singodilaga sebagai penginapan para pedagang dan saudagar Inggris.

Karena itu, namanya berubah dari Singodilaga menjadi ‘Lodge‘ atau lodji yang artinya penginapan. Taman Blambangan, yang dulunya ladang luas, disebut ‘Tegal Lodge‘ atau ‘Tegal Lodji’ yang artinya ladang di depan penginapan.

Suatu saat, Inggrisan diambil-alih oleh VOC sebagai markas ketika mereka datang pada tahun 1766. Pada tahun 1811-1816, Inggris di bawah kekuasaan Thomas Stamford Raffles kembali menguasai tempat itu. Seiring waktu, Inggris membangun kabel telegraf bawah tanah yang menghubungkan Pulau Jawa dan Australia dari Asrama Inggrisan.

Saat ini, lorong bawah tanah jaringan telegraf masih dapat dijumpai di beberapa titik. Ada empat lorong tertutup plat bertuliskan “Burn Brothers Rotunda Works 3 Blackfriars Road London S.E”. Kemungkinan jaringan bawah tanah ini melalui bawah laut juga.

Menjelang Perang Dunia II, tempat ini diduduki Jepang dan jadi markas Kenpetai (polisi rahasia). Setelah Jepang mundur karena kalah perang, tempat ini jadi Asrama Batalyon Macan Putih pada 1945-1949. Pada 1949, diganti lagi menjadi Asrama Batalyon 510. Kini Asrama Inggrisan difungsikan sebagai rumah dinas anggota Kodim 0825 Banyuwangi.

Terlepas dari sejarah siapa yang pertama kali membangun Asrama Inggrisan, yang pasti bangunan ini butuh perbaikan. Menurut beberapa sumber, bangunan saat ini bisa jadi bukan bangunan asli namun sudah beberapa kali mengalami perombakan dan perbaikan di titik tertentu. Secara keseluruhan, bangunan ini butuh perhatian masyarakat sekitar dan dari pemerintah.

Asrama Inggrisan ini layak dijadikan situs bersejarah. Tempat untuk belajar bagi pengunjung yang ingin mengetahui sejarah salah satu bagian Kota Banyuwangi. Sementara, kondisi bangunan kuno ini cukup memprihatinkan. Beberapa bagian sudah rusak dan nyaris roboh. Maka, Asrama Inggrisan harus segera ditangani sebelum semakin rusak parah.

Banyak orang, khususnya warga Banyuwangi, yang belum mengetahui bangunan ini. Sementara, terdapat beberapa pengunjung dari luar kota yang melihat-lihat kawasan ini. Maka, masyarakat lokal Banyuwangi hendaknya telah mengetahui atau setidaknya pernah mendengar Asrama Inggrisan ini.

Asrama Inggrisan ini tetap bangunan bernilai sejarah tinggi bagi masyarakat Banyuwangi. Bisa menjadi kebanggaan yang layak diceritakan ke luar daerah maupun luar negeri. Yang dapat membuat siapa saja takjub, dan kembali teringat perjuangan bangsa Indonesia khususnya masyarakat Banyuwangi dalam melawan penjajah.

  • Penulis adalah siswi SMP Negeri 1 Banyuwangi.

Facebook Comments

Comments are closed.