Oleh: Syamsiati M.Pd.
mepnews.id – Di Kabupaten Banyuwangi, baru-baru ini ada tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Namanya, Jajang Sebarong. Lokasinya di Dusun Sumberjo Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran. Tepatnya, di batas Dusun Sumberjo dan Dusun Krasak Desa Tegalsari, tepat di sebelah SMK Negeri 1 Tegalsari.
Karena lokasinya sangat mudah, setiap Sabtu dan Minggu para pecinta sepeda kayuh berbondong-bondong menikmatinya. Akses ke lokasi didukung sarana jalan yang sudah beraspal. Ada sedikit bagian yang kurang bagus namun tidak terlalu mengganggu perjalanan menuju Jajang Sebarong.
Pengunjung dari luar kota, bisa ambil arah Genteng maupun Jajag. Dari Genteng, ikuti arah ke selatan sampai pertigaan SDN Wringinagung 1. Lalu, belok kanan kurang lebih 1 km sampai perempatan SDN Wringinagung 3. Lalu ke arah kanan. Kurang lebih 600 meter, ada jalan masuk. Belok kiri, sampailah di lokasi tersebut. Jika dari arah Jajag, yang membedakan hanya di pertigaan SDN Wringinagung 1. Belok ke kiri, selanjutnya ikuti arah yang sama.
Awalnya, lokasi ini hanya berupa bangunan dam atau dawuhan yang dimanfaatkan petani untuk menampung air irigasi jika musim kemarau tiba. Bangunannya yang dibangun sejak 1970-an ini ternyata memberi banyak manfaat pada warga sekitar.
Mbah Wagimin, sesepuh desa setempat, merelakan materinya untuk membangun dawuhan ini secara mandiri tanpa bantuan dari pihak mana pun. Namun, karena sikap gotong-royong, para petani yang memiliki sawah ikut menyumbang seikhlasnya. Tenaga kerjanya dilakukan secara gotong royong.
Selain untuk irigasi, dam tersebut ditaburi benih ikan sejak dulu. Para sesepuh melarang orang-orang meracun ikan-ikan di dam. Karena itu, ikan-ikan bisa berkembang biak hingga ke seluruh saluran irigasi yang berasal dari dam tersebut. Hingga kini, banyak benih maupun ikan-ikan dewasa yang siap dikonsumsi. Ikan-ikan tersebut memancing kedatangan para pemancing yang sekedar santai atau melepas kepenatan kerja seharian.
Saat musim kemarau panjang, yang warga dusunku menyebutnya ‘sepei‘, orang-orang berdatangan untuk memanen ikan bersama-sama. Saat sepei, dam dikuras airnya untuk membersihkan lumpur. Selama setahun bersemayam, biasanya lumpur sudah sangat tebal. Nah, saat pengurasan ini lah ikan-ikan ditangkapi. Orang yang berani bakal terjun ke lumpur di bagian tengah dam. Yang kurang berani, hanya mencari ikan di pinggiran dam.
Namun, bukan Banyuwangi kalau tak ada aroma gaib-gaibnya. Konon, ada yang mengatakan, tempat tersebut dihuni makhluk-makhluk gaib. Saya sudah mendengar desas-desus itu ketika masih usia SD (70-an). Beberapa kali memang terjadi kematian mendadak dari anak-anak hingga orang dewasa.
Ya, dam itu dulu dibuat arena balap renang oleh anak-anak desa. Karena air terlalu dalam dan dasarnya berlumpur, saat anak-anak kelelahan berenang dan temannya tidak bisa menolong, otomatis dia tenggelam dan jadi korban. Tapi, meski sudah sering diingatkan, anak-anak tetap saja melanggar ketika orang tua lengah mengawasi mereka.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan pola pikir masyarakat serta kepedulian aparat terkait, dam tersebut dibenahi. Awalnya hanya jadi tempat bermain anak-anak setempat, kini berkembang jadi tempat bermain mereka yang dari luar dusun. Awalnya kegiatan memancing perorangan, lalu bertdatangan rombongan pemancing dari luar dusun.
Kawasan yang mulanya hanya ditumbuhi rumpun-rumpun bambu kini dibersihkan, dirawat, dan dikembangkan menjadi tempat wisata yang menarik. Ada warung kopi yang menyajikan makanan dan minuman ringan ala desa, plus aneka menu makan berat berdasar nasi. Bangunannya cukup mengasyikkan karena berada di atas permukaan pinggiran dam. Warung Jajang Sebarong dan Warung Green Bambu itu dikelola penduduk setempat untuk menambah pendapatan warga.
Tak pelak, bersantai di lokasi tersebut serasa berada di pinggiran danau dengan rimbunan pohon bambu ditemani semilir dan sepoi angin sawah. Dilihat dari pondok-pondok tempat beristirahat, tampak hamparan sawah menghijau dengan terasering indah teratur di sekitar lokasi. Tempat yang bersih, sejuk serta mengasyikkan, diiringi nyanyian alam ketika pohon-pohon bambu meliuk-liuk disapa sang bayu.
Nama ‘Jajang Sebarong’ juga tidak lepas dari kondisi lokasi yang ditumbuhi banyak bambu. Para pemuda yang ingin mengembangkan potensi wisata di Dusun Sumberjo sepakat memakai nama itu. Tahun 2020, nama ‘Jajang Sebarong’ diresmikan Bupati Azwar Anas.
Jajang Sebarong menjadi lokasi wisata menarik. Lokasinya yang jauh dari kebisingan dan polusi udara cukup untuk sedekah oksigen bagi pengunjung. Semilir angin sawah dan hijaunya tanaman di sekitar menyejukkan mata yang lelah karena pekerjaan. Sajian makanan cukup menggairahkan lidah pengunjung.
- Penulis adalah guru di SMPN 1 Cluring, Banyuwangi.