Saat Tiga Sarjana Teknik Berbisnis Kerupuk…

Oleh: Dwi Hindarti Lasmisari SPd

mepnews.id – Melemahnya perekonomian dunia dalam satu dekade ini memukul banyak pengusaha. Kondisi diperparah dengan pandemi COVID-19 yang tak  ada ujungnya. Perusahaan skala makro maupun mikro terkena dampaknya. Salah satu perusahaan kertas terbesar era 80-90 an juga mendapat imbas. Tak pelak, penutupan produksi karena menurunnya omzet pun terjadi.

Pemutusan Hubungan Kerja tak terhindarkan terhadap seluruh karyawan. Yang usia muda segera hengkang ke perusahaan lain bahkan ke luar kota. Tapi, karyawan usia jelita (jelang lima puluh tahun), tampaknya lebih memilih membaca peluang usaha rumahan sambil beribadah.

Sugeng W. ST, salah satu manajer di  perusahaan kertas di Banyuwangi, mengambil pilihan membuka usaha rumahan. Ia menggandeng dua rekan sesama alumni Teknik Mesin Universitas Brawijaya; Hadi P. ST dan Heru S. ST. Mereka berinovasi dan membaca pangsa pasar sehingga berdirilah perusahaan kerupuk Bintang Laut.

Mengapa harus kerupuk sebagai bidikan usaha?

Kerupuk itu sangat merakyat. Makanan ringan yang dibuat dari adonan tapioka dicampur bahan perasa ini dikonsumsi di mana-mana. Di Banyuwangi, bahkan berubah fungsi menjadi lauk makan. Bagi kebanyakan orang,  kerupuk menjadi menu wajib ada di meja makan sebagai pendamping nasi. Jadi, potensi pasarnya terbuka sangat lebar.

Juga, kerupuk Bintang Laut punya kekhasan. Banyuwangi terkenal memproduksi cita rasa kerupuk yang berbeda dibanding kota lainnya. Di beberapa kota lain, kerupuk pada umumnya memiliki rasa asin dan gurih bawang. Namun, di Kota Gandrung ini, kerupuknya dengan rasa ikan yang aduhai enak tiada duanya.

Sensasi kriuk dan gurih ikan ini membuat orang ketagihan krupuk Banyuwangi. Makanan ringan ini bisa dikonsumsi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Ada yang bilang, “Tak ada krupuk, tak rame lho!” Dengan harga terjangkau semua kalangan, maka krupuk dapat dibilang sebagai salah satu usaha menggiurkan.

Setelah observasi ke berbagai usaha kerupuk di Banyuwangi, tiga sarjana teknik ini memilih pembuatan kerupuk menggunakan mesin sederhana. Berbekal kemampuan mengoperasikan mesin besar, mereka mendesain alat, mengelas dan merancang sendiri mesin pembuat kerupuk.

Ya, memodifikasi alat adalah keahlian bapak-bapak ini. Maka, mereka memasang peralatan di tempat usaha di Jalan Dempo, Kelurahan Singotrunan, Banyuwangi. Tempat usaha ini memanfaatkan halaman luas milik Hadi.

Peralatan yang dibutuhkan antara lain mixer untuk mencampur semua bahan dalam jumlah besar, tabung press sebagai mesin pencetak, steamer sebagai pengukus adonan yang telah tercetak, dan boiler untuk menghasilkan uap yang dihubungkan dengan steamer. Pernak-pernik tambahan antara lain waring/jaring, ember, bak, widik (anyaman bambu untuk wadah pengukus adonan yang telah dicetak).

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerupuk adalah tepung tapioka, garam dan ikan. Untuk ikan, mereka memilih jenis tongkol. Ikan ini harganya terjangkau dan mudah didapat di Banyuwangi.

Ada empat tahap pembuatan kerupuk ikan. Pertama, pembuatan bahan dasar yang disebut lem. Kedua, pembuatan adonan kerupuk. Ketiga, proses pencetakan dan pengeringan. Keempat, penggorengan.

Pertama, ikan direbus serta dibuang tulang dan durinya. Setelah dihancurkan, ikan dicampur dengan tepung tapioka dan garam secukupnya. Di tempat lain, mungkin yang dipakai hanya air rebusan ikan. Namun, Hadi menegaskan, “Lebih gurih dan enak jika daging ikannya dimasukkan pula. Ini karena kerupuk Bintang Laut tidak menggunakan penyedap rasa buatan.”

Setelah adonan bercampur, tinggal menambahi air secukupnya. Adonan diaduk sampai rata, kemudian dipanaskan sehingga jadilah lem. Apabila sudah dingin, lem bersama tepung tapioka dimasukkan ke dalam mixer (mesin pencampur) untuk diaduk sampai rata dan teksturnya kenyal. Kemudan, campuran dimasukkan dalam mesin cetak.

Selanjutnya, kerupuk dimasukkan dalam steamer untuk dikukus. Sebelum proses pengukusan, mereka menyiapkan mesin uap (boiler) sampai tekanan naik kurang-lebih 2 bar. Uap yang dihasilkan boiler dimanfaatkan untuk mengukus adonan kerupuk yang telah tercetak. Beberapa saat setelah temperatur steamer naik di atas 900C, adonan dinyatakan matang. Artinya, bahan kerupuk sudah siap dijemur.

Untuk sementara ini, penjemuran masih memanfaatkan terik mentari agar dihasilkan kerupuk yang baik dan mudah dalam proses penggorengan. Jika hujan turun, produksi terpaksa dihentikan. “Kami masih belum memiliki oven yang memadai,” ungkap Sugeng.

Untuk proses menggoreng, ada trik khusus.

Banyak penggemar kerupuk uyel yang belum mengerti cara menggoreng kerupuk jenis ini. Kalau belum terbiasa menggoreng, boleh dikata selalu menghasilkan produk gagal. Hasilnya, disebut kerupuk bantat karena keras dan susah dikunyah. Namun, ada juga sih yang suka krupuk gagal ini. Tahu alasannya? Kerupuk bantat ini rasa ikannya lebih nendang! Apalagi jika dimasukkan dalam rujak buah atau kuah rujak soto makanan ikonik Kota Gandrung. Endes….. kata ibu-ibu masa kini.

Bahan kerupuk dijemur dulu sebelum digoreng.

Nah, pingin tahu trik menggoreng kerupuk non-gagal biar disayang keluarga?

Jika menggoreng sendiri, keuntungannya adalah lebih aman dan higienis. Baiklah, guys, berikut cara menggoreng kerupuk untuk menghindari produk gagal.

Pertama, bahan kerupuk dijemur terlebih dahulu. Jemur sampai benar-benar kering. Kurang lebih tiga jam. Tapi, jika keburu ingin mengkonsumsinya, bahan kerupuk dapat disangrai dulu di atas wajan. Tujuannya, bahan kerupuk mendapatkan udara panas.

Selanjutnya, panaskan wajan penggorengan. Lebih baik gunakan dua wajan agar hasil maksimal. Wajan pertama untuk pemanasan awal dengan api kecil agar kerupuk terasa lentur. Jika kerupuk sudah lentur, masukkan ke wajan kedua dengan api besar. Upayakan kerupuk yang digoreng tenggelam semua dalam minyak.

Taraa… jadilah kerupuk yang renyah dan kriuk-kriuk yang mutunya tak kalah dengan yang dijual di pasar ataupun warung-warung.

Kerupuk ikan Bintang Laut memiliki kekhasan dibanding produk lain di pasar. Tampilannya tidak seputih produk di pasar, bahkan agak gelap. Hal ini, menurut Hadi, disebabkan adonannya tidak menggunakan pemutih. “Warna kegelapan juga karena banyak kandungan ikan lautnya.”

Untuk rasa, gurihnya recommended sekali. Gurihnya tidak bikin eneg lho. Hal ini disebabkan protein yang dihasilkan oleh daging ikan, bukan disebabkan penyedap rasa.

Bagi yang suka makanan ringan tanpa pewarna buatan, pemutih, maupun penyedap rasa kimia, disilahkan berkunjung ke Banyuwangi. Harga kerupuk Bintang Laut ini Rp 17. 000/kg. Menurut Sugeng, kerupuk ini sudah dikirim ke berbagai kota, mulai Blitar, Ponorogo, Pacitan hingga Jakarta. Namun, jika luar kota, tentu ada ongkos kirim.

Yang tak kalah menarik, tempat usaha kerupuk Bintang Laut ini juga berfungsi sebagai tempat edukasi. Proses pembuatan kerupuk menggunakan ilmu terapan. Begitulah jika tiga sarjana permesinan bergabung dalam usaha. Tempat usaha juga berfungsi sebagai tempat riset menemukan hal baru.

 

  • Penulis adalah guru SMPN 3 Banyuwangi

 

Facebook Comments

Comments are closed.