Cak Nun dan Ajian Bandung Bondowoso

Oleh: Moh. Husen

MEPNews.id – Pernahkah Anda mendengar kisah Bandung Bondowoso yang disuruh oleh Roro Jonggrang untuk membangun seribu candi dalam waktu semalam? Gila! Membuat satu candi saja tidak mungkin dalam waktu satu malam. Lha, ini seribu candi!

Roro Jonggrang akan menerima lamaran cinta Bandung Bondowoso itu, asalkan keinginannya dibikinkan seribu candi dalam waktu semalam bisa dipenuhi.

Singkat kata, dengan kesaktiannya (bagi orang lain mungkin sakti, tapi bisa jadi bagi Bandung Bondowoso mungkin biasa saja) terjadilah proyek bikin seribu candi Roro Jonggrang dalam semalam dilakukan.

Roro Jonggrang terkejut. Ternyata Bandung Bondowoso bisa bikin juga itu candi. Dilihatnya sudah hampir seribu. Dasar Roro Jonggrang yang memang tidak mau dilamar Bandung Bondowoso, berusaha keras agar mega proyek satu malam ini gagal.

Lantas Roro Jonggrang mencari ide. Ndilalah-nya dia nemu ide. Ibu-ibu dibangunkan agar segera memukul lesung pertanda pagi tiba. Ayam-ayam pun terkejut mendengar bunyi lesung. Jadinya semua ayam berkokok, dikiranya sudah pagi.

Kemudian dengan mantab Roro Jonggrang berteriak: “Hai, Bandung Bondowoso! Kamu telah gagal. Lihatlah itu suara ayam berkokok pertanda pagi dan ibu-ibu telah memukul lesungnya pula! Sedangkan candi yang kamu buat belum genap seribu. Masih kurang satu candi lagi. Dan itu artinya kamu gagal, Bandung Bondowoso!!!”

Terkejutlah Bandung Bondowoso. Ia marah. Ia tahu waktu belum mencapai pagi dan ayam berkokok hanyalah siasat Roro Jonggrang belaka untuk menggagalkan usaha dirinya.

Bandung Bondowoso akhirnya melaknat, menuding Roro Jonggrang: “Candi yang keseribu adalah kamu!!!”

Jadilah Roro Jonggrang membatu, menjadi candi yang keseribu.

“Teman-teman sekalian,” kata Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) suatu ketika dalam YouTube, “jadikanlah dirimu dalam satu hari itu membangun seribu manfaat dalam hidup ini seperti Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso itu telah mampu melambatkan waktu. Kalau kalian mempelajari Fisika dan teori relativitas waktu, kalian akan memahami semua ini. Ini yang disebut teknologi internal.”

Kita semua tahu tentang kesibukan Cak Nun, terutama jadwal beliau yang padat menemani masyarakat luas bersama KiaiKanjeng.

Tatkala dengan beberapa teman dari Banyuwangi, saya menemui beliau di hotel Ambulu, Jember, 4 Agustus 2019 yang lalu, saya merasakan Cak Nun menerapkan sebuah disiplin ajian Bandung Bondowoso tersebut. Hampir jam 5 sore kami bisa bertemu Cak Nun. Waktu terasa sangat melambat tak kunjung menuju shubuh, eh maghrib. Aura ketenangan Cak Nun memvibrasi ke seluruh ruangan. Selama itu obrolan dengan Cak Nun berlangsung, selama itu pula seribu candi barokah beliau haturkan kepada kami. Sangat banyak yang beliau sampaikan dalam waktu yang sempit.

Hari ini, 27 Mei 2020 usia beliau telah 67 tahun. Tulisan dan bukunya yang bertumpuk-tumpuk itu, belum lagi yang video, audio, dan lain-lain yang barangkali masih belum terdokumentasi hingga sekarang—mustahil rasanya bisa beliau bikin berbarengan dengan kepadatan waktu (seolah-olah tak ada waktu) beliau memenuhi jadwal undangan dari masyarakat yang datang silih berganti.

Selamat ulang tahun Cak. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Barokallah fi umrik.

(Banyuwangi, 27 Mei 2020)

Facebook Comments

Comments are closed.