Ternyata Sayur Itu Enak

Oleh: Quinsa Nadira El Qudsi

Siswi SD Islamiyah Magetan

MEPNews.id – Siang hari di meja makan

“Kirana, kok brokolinya tidak dimakan?” tanya Mama di meja makan.

“Mama ini bagaimana sih? Kirana kan sudah bilang, Kirana itu tidak suka sama sekali dengan brokoli,” jawab Kirana dengan nada agak tinggi dan mulutnya dimanyumkan sebagai tanda ia kesal.

“Brokoli kan baik untuk kesehatan mata, karena mengandung banyak vitamin A,” ujar mama berusaha membujuk supaya anak perempuan kesayangannya itu mau menyantap brokoli.

“Iya, Ma. Kirana sudah tahu dan sudah diberitahu Ibu Guru di sekolah. Tapi kan memang saya tidak suka brokoli. Rasanya nggak enak banget gitu!” sambil bersungut-sungut Kirana meninggalkan meja makan, berlalu menuju kamarnya, diiringi helaan napas mamanya.

………………

Pagi di sekolah. Teng teng …… teng teng ……. teng teng.

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa keluar berhamburan kelas. Ada yang bermain sepak bola, ada yang mengobrol di teras kelas. Kirana dan Nafila antri masuk kantin.

Suasana kantin cukup ramai. Banyak anak memesan makanan, terutama yang paginya tidak sempat sarapan. Kirana dan Nafila mengambil meja dekat pintu, karena hanya meja itu yang masih tersisa. Kirana minta bantuan Nafila untuk menjaga mejanya supaya tidak diambil anak lain, sedangkan ia sendiri memesan makanan.

“Bu Murni, saya pesan mie  goreng satu dan es krim rasa stroberi dua ya,” pesan Kirana.

“Iya, Neng Kirana. Tunggu sebentar ya,” kata Ibu kantin menghidupkan kompor gas dan menumpangkan panci bertangkai yang telah diberi air untuk merebus mie. “Pakai sayur atau tidak Neng?”

Kirana menjawab dengan gelengan kepala dan berkata,”Tidak usah, Bu. Saya tidak suka sayur.”

Bu Marni menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Kirana melihat semua yang dilakukan Bu Murni, yang meletakan mie goreng dalam piring dan mengambil dua bungkus es krim rasa stroberi dari kotak es krim. Pesanan Kirana itu diletakkan di atas nampan warna coklat tua. “Ini, Neng, mie gorengnya.”

Kirana mengeluarkan satu lembar uang sepuluh ribuan, dan bertanya, “Berapa semuanya, Bu Murni?”

“Mie gorengnya Rp. 5000, es krimnya dua bungkus Rp. 5000. Semuanya Rp.10.000, Neng,” jawab Bu Murni sambil menerima uang yang diulurkan Kirana. “Terima kasih.”

Dibawanya pesanan Kirana ke meja tempat Nafila menunggu dengan sabar.

“Memangnya kamu tidak membawa bekal dari rumah ya, Kir?” tanya Nafila sambil mengambil es krim dan membuka bungkusnya sekaligus.

“Sebenarnya membawa, sih. Oleh Mama tadi dimasakkan sayur sop dan dadar jagung. Tapi aku nggak suka,” jawab Kirana.

“Lho….. sayur sop kan enak? Daripada mie instan, gak sehat lho,” Nafila mencoba menasihati sahabatnya sejak kelas 2 itu.

“Kalau aku sih enakan mie goreng. Bumbunya lebih terasa lebih mantab,” kata Kirana sambil menunjukkan jempol kirinya kepada Nafila.

…………….

Makan malam di rumah Nafila

“Bunda, bagaimana ya caranya biar Kirana mau makan sayur?” tanya Nafila ke bundanya sambil menyendok sayur sop masakan bundanya.

“Kirana yang teman sebangku kamu itu ya?” tanya Bunda belum menjawab pertanyaan Nafila.

Ditatapnya putri semata wayang itu dengan sayang. Sejak ditinggal ayahnya dua tahun lalu, Nafila tumbuh sebagai gadis kecil yang penurut, tak terlalu banyak menyusahkan bundanya.

“Iya, Bun. Kirana itu susah banget kalau diajak makan sayur. Dia lebih suka mie goreng instan di kantin daripada bekal yang dibuatkan mamanya. Tadi pagi bekal sayur sopnya tak dimakan. Saya dech akhirnya yang menyantap sarapan paginya,” sambil tersenyum geli Nafila bercerita tentang teman karibnya itu.

Bundanya juga tersenyum geli.

“Oohhhh begitu, ya,” ujar bundanya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Hhmm….. sepertinya Bunda punya ide, dech, supaya Kirana suka makan sayur.”

“Waaah….. ide apa itu, Bunda?” tanya Nafila penasaran.

“Besok akan Bunda siapkan sesuatu untuk Kirana, dech,” ujar Bunda.

“Okey, Bunda. Siiip! Terima kasih bundaku sayaang……,” dilingkarkan kedua lengan Kirana memeluk bundanya sambil tak lupa mencium kedua pipi bundanya. Sang bunda tersenyum terharu bahagia.

…………………………

Saat istirahat pertama di kantin sekolah.

Dua sahabat Kirana dan Nafila berada di kantin. Seperti biasa mereka mencari meja yang kosong.

“Sebentar, Nafila. Saya mau pesen mie goreng dulu,” kata Kirana sambil beranjak ke Ibu Kantin. Namun, belum satu langkah menggerakkan kaki, Nafila menghentikannya.

“Eeeiiittt …… tunggu dulu, Kirana!”

“Maukah kamu mencoba bekalku?” Nafila menawarkan bekalnya dengan membuka tutup snackbox warna ungu yang dari tadi diletakkan di meja. Dari dalam snackbox Nafila terlihat beberapa gorengan warna hijau yang dilapisi tepung.

“Kirana, kamu mau nggak mencoga gorenganku ini? Enak lho. Rasanya renyah krispi-kripsi gitu,” Nafila menawarkan sambil menyodorkan snackbox-nya.

Agak ragu-ragu Kirana mengambil satu buah dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Dikunyah pelan-pelan sambil dirasakan.

“Hmm…….enak…… enak,” diambilnya beberapa gorengan lagi, sambil duduk, tak jadi pesen mie goreng.

“Coba yang ini. Steak buatan bundaku,” Nafila menawarkan lagi steak, setelah melihat Karina sangat senang dengan gorengan.

Kali ini Karina mengambil steak. “Waaah… saya suka banget steak. Ini enak juga.”

Nafila tersenyum senang melihat sahabatnya menikmati gorengan dan steak yang diberinya. “Eehhh….., tahu nggak gorengan tadi itu dibuat dari sayur bayam dan steak yang kamu nikmati tadi dibuat bundaku dari tempe bukan dari daging?”

“Haaaa…! Beneran…??? tanya Karina tidak percaya.

Nafila mengangguk tersenyum dengan bangga.

“Padahal aku tidak suka bayam dan tempe, lho. Waaah…. ternyata enak juga kalau bayam digoreng ya?” ucap Kirana masih dengan menguyah steak tempe.

“Ini sayur cah kangkong. Kamu juga harus mencobanya. Dijamin enak pokoknya,” Nafila tertawa lebar ketika Kirana dengan lahap menyantap cah kangkung buatan bundanya.

“Hmm… Nanti, sampai rumah, aku akan minta mamaku memasak sayur seperti ini aahhh!” kata Kirana.

Alhamdulillah. Semenjak itu Kirana menjadi suka sayur. Karena sayur itu ternyata enak. (*)

 

Facebook Comments

Comments are closed.