Oleh: Yazid Mar’i
MEPNews.id – “Dengan apa lagi Mencintaimu?”
Demikian teriak mahasiswa menanggapi dan menerima pluru karet yang menghujani tubuhnya, serta gas air mata yang serasa tumbukan cabe dan merica hingga hampir membutakan matanya dan melempuhkan kulit mukanya.
Begitu puisi cinta itu dibacakan berulang-ulang di depan kampus, lalu dibaca ulang di depan kantor DPRD, diarak menuju ke kantor keamanan negeri Maya Pada dan dibaca ulang sekeras-sekerasnya.
Tapi, puisi tetaplah puisi. Bukan senjata seperti yang mencabut nyawa beberapa temannya saat demo menuntut keadilan.
Seorang lagi berteriak, “Bukan senjata yang aku takutkan. Bukan tank baja yang meremukkan kaki dan tanganku. Tapi, yang aku takutkan adalah fitnah yang mematikan karakterku sebagai anak bangsa dengan tuduhan bayaran, tuduhan ditunggangi, yang kau sodorkan di media masa tanpa jeda. Tuduhan yang memasok energi keberanianku untuk tak lagi melihatmu sebagai bapak, sebagai sahabat, sebagai saudara.”
“Ucapmu telah meningkatkan ardenalinku, hingga di darahku telah mengalir rasa berani dan tak takut mati. Karena kematian hanyalah perpindahan dari satu tempat sementara ke tempat yang lebih kekal, tempat Tuhan memberikan rasa adil. Bukan sepertimu! Dengan jari telunjuk yang moncong laksana mesiu merobek-robek mulut para kontributor kebohongan.”
Seorang lagi berdiri sambil berkacak pinggang; “Maya Pada! Kau telah menulis sejarah kelam negerimu. Aku yang akan membalikkan sejarah itu dengan tanganku sendiri, tangan-tangan muda yang terkumpul atas nama fitnah dan ketidakadilan masif. Tangan-tangan yang telah kau tindih kekuasaan dalam kurun waktu lama. Tangan-tangan yang telah lama menadah dengan doa-doa di sepanjang masa.”
“Hari ini, dia dan tenagaku telah berkumpul untuk melawanmu tanpa ampun.”
Joni terbangun dari mimpi panjangnya bersama kematian saudaranya siang itu.
“Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha,” tawanya memecah pintu langit dan gunung pun meruntuhkan bebatuannya, melemparkan api, nemutahkan lahar bersama mahasiswa.
(Hipcafe, sore, 1 Oktober 2019, bersama kesaktian Pancasila)