Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id Menurut obrolan warung kopi bersama Fulan dan Polan, tanda orang kecil adalah jika orang lain berani mengkritiknya secara jelas dan berani dengan terang-terangan menyebut nama lengkapnya secara detail. Tapi kalau dia orang besar, sebutlah seorang pengusaha atau penguasa terkaya sekabupaten, orang yang mengkritik biasanya agak halus, tak berani menyebut nama, serta pakai perumpamaan tokoh dongeng atau nama samaran yang watak negatifnya sama persis dengan seseorang yang dikritiknya.
“Yang aman dan menenteramkan itu menyebut nama Allah dan Rasulallah,” kata Si Fulan (Tidak jelas apakah Fulan ini tergolong orang kaya atau penguasa sehingga namanya harus disamarkan menjadi Fulan).
“Dengan mengingat Allah hati akan tenang. Ala bi dzikrillahi tathmainnul qulub,” kata Si Fulan melanjutkan, serta mengutip firman Allah di Al-Quran.
“Tetapi kalau ada orang berani menghina Allah, jangan sebut orang itu orang besar,” tegas Si Fulan.
“Nah, dalam Pilkades ini…,” Fulan masih melanjutkan pembicaraannya, “…aku takut orang saling menghina terang-terangan di medsos. Sindir-sindir saja terkadang bisa terasa menghantam, apalagi jika sampai sebut nama di medsos.”
“Makanya..,” Si Polan tiba-tiba langsung menyahut, “…pemerintah membuat undang-undang ITE salah satu tujuannya agar orang tidak gampang ngomong sembarangan di medsos.”
“Sehingga…,” lanjut Si Polan, “…sudahlah…. Jangan terlalu mendramatisir Pilkades di medsos. Menurutku tidak ada yang sampai sebut nama di medsos. Yang perlu nyata diwaspadai oleh semua masyarakat adalah kemungkinan rawan konflik di kehidupan nyata. Semua masyarakat harus sama-sama kompak menjaga situasi agar senantiasa kondusif. Jangan mudah terprovokasi. Nggak perlu bertengkar karena beda pilihan. Biasa-biasa sajalah. Memilih ya memilih. Tidak usah bertengkar. Masyarakat kita sudah dewasa semua, serta pertengkaran itu nggak perlu.”
Polan juga sebuah nama yang tak jelas. Tapi bukan berarti dia sosok penguasa atau pengusaha yang ditakuti.
Polan dan Fulan merupakan tokoh fiksi yang menghibur dan netral. Terkadang, oleh wartawan ditulis: “Pemerkosa anak dibawah umur itu, sebut saja namanya Fulan…”
Kalau sudah gitu, apes-lah Si Fulan.
(Banyuwangi, 15 September 2019)