Fenomena Kambing dan Keledai

Oleh: Moh. Husen

MEPNews.id – Karena musim Pilkades, maka kalau kita ngopi-ngopi biasanya sedikit-sedikit menyinggung calon-calon Kades. Misalnya saling tanya, siapa yang kuat untuk berkemungkinan jadi Kades di antara calon yang ada. Setelah itu, baru tenggelam dalam obrolan yang lain seputar apa saja.

Memang sudah tradisi kalau musim sepak bola orang banyak membicarakan bola. Dari yang pecinta bola betulan, hingga yang sekedar menghormati musim sepak bola. Hari ini hingga hari coblosan Pemilihan Kepala Desa serentak 9 Oktober 2019, pembicaraan seputar Pilkades tentunya lagi aktual dan menghangat.

Yang menarik biasanya adalah sisi gosip Pilkades. Tak peduli kabar itu fitnah atau fakta, pokoknya kalau itu mengenai calon kepala desa, menjadi menarik untuk diperbincangkan.

Lagian mana mungkin masyarakat segitu banyaknya disuruh ngecek apakah sebuah berita itu fitnah atau fakta. Tidak semua masyarakat itu tergolong orang yang tertib dan rasional semua. Pokoknya kalau yang ngomong adalah orang yang diidolakan atau orang yang ditokohkan atau mayoritas orang, semua hal yang dibicarakan dianggap pasti benar. Sehingga masing-masing calonlah yang harus berhati-hati jangan sampai sebuah fitnah menimpa dirinya.

Suatu hari Abu Nawas ditipu pencuri yang berganti modus dari mencuri berganti menipu. Lima pencuri itu kompak menipu Abu Nawas yang pagi itu, menurut laporan dari intel para pencuri, mau menjual kambing ke pasar. Harga kambing yang seharusnya lebih mahal daripada harga keledai, oleh mereka dibikin sebaliknya.

“Mau ke mana Abu Nawas, kok pagi-pagi bawa keledai?” sapa pencuri pertama.

“Lho, ini bukan keledai, Bung. Ngawur saja. Ini kambing. Saya mau menjualnya ke pasar,” jawab Abu Nawas santai.

Berlalulah Abu Nawas, hingga bertemu pencuri kedua.

“Lho, tumben kamu bawa keledai, Abu? Mau dijual ya?” tanya pencuri kedua.

“Hei, Bung. Ini bukan keledai! Ini kambing. Ente ini ada-ada saja,” Abu Nawas berlalu sambil senyum.

Kemudian berpapasan dengan pencuri yang ketiga.

“Mau kau bawa ke mana keledai ini, Abu Nawas?”

“Yang saya bawa ini kambing, bukan bukan keledai,” jawab Abu Nawas mulai agak sinis serta merasa konyol dengan pertanyaan orang-orang itu.

Sampailah Abu Nawas berpapasan dengan pencuri keempat.

“Apakah keledai ini mau kamu jual, Abu Nawas?”

Abu Nawas geleng-geleng kepala dan membatin: “Sudah jelas kambing kayak gini kok disebut keledai…” Lalu dengan tegas Abu Nawas bilang: “Tidak! Saya cuma mau jalan-jalan…”

Mereka pun saling berjalan tanpa saling bertanya lagi.

Melihat keempat orang yang berpapasan barusan kok dengan mantap tanpa ragu mengatakan hewan yang dibawa adalah keledai, Abu Nawas tiba-tiba jadi ragu: “Apa iya, ya, yang aku bawa ini keledai? Jangan-jangan memang benar yang aku bawa ini keledai…”

Begitu berpapasan dengan pencuri yang kelima dan ditanya: “Mau jual keledai, Abu Nawas?”

Dengan gugup Abu Nawas menjawab: “I…i…iya, Pak. Saya mau jual keledai. Ditawar berapa, Pak?”

“Kalau keledai sih murah, Abu Nawas,” kata pencuri kelima.

Akhirnya deal. Abu Nawas menjual kambingnya seharga keledai yang murah meriah. Sampai di rumah Abu Nawas diomelin istrinya. Mampuslah Abu Nawas.

Demikianlah. Cukup dengan empat orang menyatakan kambing adalah keledai, Abu Nawas berubah fikiran dan percaya bahwa yang dia bawa itu keledai, bukan kambing.

So, bagaimana dengan fenomena Pilkades di masing-masing desa kita hari-hari ini? Bagaimana jika “kambing” setiap hari disebut-sebut terus menerus sebagai “keledai” oleh seratus orang? Seribu orang? Puluhan ribu orang? Atau bagaimana jika sebaliknya, “keledai” disebut-sebut sebagai “kambing” terus menerus setiap hari oleh puluhan, ratusan hingga ribuan orang?

Akhirul kalam, semoga Pilkades serentak 9 Oktober 2019 ini berjalan dengan aman, damai dan lancar serta melahirkan pemimpin yang terbaik.

(Banyuwangi, 7 September 2019)

Facebook Comments

Comments are closed.