Oleh: Teguh Wahyu Utomo
MEPNews.id – Sudah sering kita dengar tentang istilah-istilah semacam Revolusi Industri 4.0, era Digital Technology, dan lain-lain. Sudah sering kita diceramahi tentang tantangan dan peluang terkait New-Age yang diam-diam sudah kita jalani sekarang ini. Nah, sekarang, sudahkah para pendidik membekali anak-anak didik untuk memiliki ketrampilan hidup era baru itu?
Bagi guru-guru usia milenial, mungkin istilah-istilah di atas sudah tidak asing lagi. Bahkan sudah menerapkannya. Bagi guru-guru jadul, mungkin membayangkan saja tak mampu. Wong mengoperasikan laptop atau smartphone saja masih sering tanya sana-sini. Terus, bagaimana bisa mengajari anak-anak didik yang sudah fasih internetan?
Dalam sidang World Economic Forum 2017, disampaikan kertas kerja berjudul Technology and Innovation for the Future of Production: Accelerating Value Creation. Kertas kerja ini memetakan teknologi yang akan sangat menentukan perekonomian dunia dan kehidupan masyarakat banyak. Lima teknologi itu adalah; the internet of things (IoT), artificial intelligence, advanced robotics, wearables dan 3D printing.
Internet of Things (IoT) adalah sistem perangkat komputasi yang saling terkait, mesin mekanik dan digital, objek, hewan atau orang yang saling dilengkapi dengan pengidentifikasian unik dan kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan manusia ke manusia atau interaksi manusia ke komputer. Contoh, jualan online.
Artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan adalah ilmu komputer yang menekankan pada penciptaan mesin cerdas untuk bekerja dan bereaksi seperti otak manusia. Proses-proses ini termasuk pembelajaran (perolehan informasi dan aturan untuk menggunakan informasi), penalaran (menggunakan aturan untuk mencapai perkiraan kesimpulan yang pasti) dan koreksi diri.
Advanced robotics alias robotika canggih berkaitan dengan desain, konstruksi, operasi, dan penggunaan robot, serta sistem komputer untuk kontrol, penginderaan umpan balik, dan pemrosesan informasi. Teknologi ini digunakan untuk mengembangkan mesin yang dapat menggantikan manusia dan mereplikasi tindakan manusia. Sekarang, sudah banyak industri memasuki revolusi robotika.
Wearable technology alias teknologi yang dapat dipakai adalah perangkat teknologi yang dapat dikenakan oleh konsumen. Teknologi ini sudah melampaui gadget kekinian yang masih digenggam atau dibawa-bawa. Wearables langsung bisa diimplan seperti susuk atau ditempel di kulit atau setidaknya dipasang di pakaian. Sekarang, teknologi semacam ini mulai diperkenalkan untuk urusan kesehatan dan kebugaran.
3D printing alias cetak 3-dimensi. Prinsipnya sama dengan cetak foto, sablon, foto kopi dan sejenisnya. Bedanya, cetak foto dilakukan di atas kertas dua dimensi (panjang x lebar), 3D printing di atas bangun ruang tiga dimensi (panjang x lebar x tinggi). Jika cetak foto menghasilkan gambar kursi, 3D printing menghasilkan kursi betulan yang bisa diduduki. Saat ini, orang bisa membuat rumah dengan 3D printing. Bahkan bisa membuat jantung yang bisa berdetak.
Lima teknologi di atas adalah nafas dari new-age saat ini. Era ini akan berlangsung beberapa saat sebelum ada perkembangan lebih lanjut yang mungkin bakal disebut Revolusi Industri 5.0. Saat kita mulai mencicipi hasil dari teknologi new-age ini, anak-anak kita bakal lebih banyak berkcimpung dengan teknologi ini.
Pertanyannya, sudahkan kita membekali anak-anak dengan new-age skill alias ketrampilan era-baru ini? Sudahkan kita mempersiapkan anak-anak untuk merebut kesempatan (atau, setidaknya bisa hidup) dalam era teknologi super canggih ini?
Untuk mendapatkan teknologi itu, tentu ada biayanya. Tapi, kalau sudah terbeli, bisakah kita menggunakannnya, mengembangkannya, lalu mengajarkannya?
Penulis adalah
- praktisi media, aktivis literasi
- bisa ditengok di facebook@teguh.w.utomo, instagram@teguh_w_utomo