Oleh: Agus Hariono
MEPNews.id – Sesungguhnya tidak ada perjalanan yang tidak ada penghalangnya. Perjalanan apa pun mesti menemui halangan. Begitu juga perjalanan seorang yang sedang menuju kepada kebaikan. Jelas, akan menemui halangan dan rintangan. Halangan dan rintangan sesungguhnya bukanlah penghambat, namun semua itu ada sebagai bentuk ujian. Untuk menguji kegigihan seorang manusia. Mampu atau tidak menghadapi halangan dan rintangan tersebut.
Dalam Al Qur’an surat al Anbiya ayat 35, Allah berfirman, “Kami (Allah) akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami (Allah) kamu akan dikembalikan.”
Firman Allah di atas menjelaskan tentang bahwa halangan dan rintangan itu sunatullah. Sudah merupakan ketetapan dan ketentuan Allah. Halangan dan rintangan itu sengaja diciptakan Allah untuk menguji manusia. Halangan dalam bentuk keburukan maupun halangan dalam bentuk kebaikan itu ujian.
Sebagian kita tentu ada mengatakan Allah tidak adil; mengapa ujian tidak sama? Mengapa harus ada yang baik dan yang buruk?
Jika boleh memilih, tentu banyak orang akan memilih ujian dalam bentuk kebaikan. Namun sayangnya, itu hanyalah penilaian manusia tentang adil dan tidak adil. Karena ternyata banyak kisah, ada yang meski diuji dengan keburukan justru dia kuat dan malah bersyukur karena setelah itu ia mendapat kebaikan.
Sebagai contoh, ada kisah tentang raja yang karena suatu hal jarinya terputus. Awalnya Sang Raja menganggap itu keburukan. Lalu, ada sekelompok orang pemuja roh tertentu berhasil menculiknya dan hendak menjadikannya tumbal. Namun, mereka mengurungkan niat karena mengetahui raja itu cacat karena tidak punya satu jari. Maka, setelah terselamatkan justru karena jari yang terputus, Sang Raja baru sadar bahwa ujian yang semua dianggapnya buruk itu ternyata lebih baik untuknya dibanding jika jarinya tidak putus.
Begitu juga dengan ujian berupa kebaikan. Apa yang dianggap baik itu tidak mesti baik juga untuk yang diuji. Betapa kita pernah belajar dari kisah Qarun yang diuji dengan kekayaanmelimpah ruah. Namun, justru karena keberlimpahan kekayaan itu ia menjadi lalai, tidak kuat dengan ujian kebaikan. Maka, Allah menenggelamkan ia beserta harta kekayaannya.
Tidak heran, jika kita sering mendengar ungkapan, “Banyak orang selamat ketika diuji dengan keburukan, namun banyak orang tersungkur ketika diuji dengan kebaikan.”
Halangan apa pun sebenarnya tidak jadi soal, asal kita tetap mawas diri dan waspada, sehingga mampu menghadapi berbagai halangan dan rintangan tersebut dan perjalanan kita menuju kepada Allah pun bisa terlaksana dengan baik. Perjalanan menuju kebaikan bisa ditempuh dengan baik.
Wallahu a’lam!