Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id -Segala sesuatu yang belum terjadi memang senantiasa menawarkan berbagai macam pintu-pintu kemungkinan. Dari kemungkinan yang positif hingga kemungkinan yang negatif. Bermacam-macam dugaan orang pasca Pemilu yang diselenggarakan besok 17 April 2019. Dan memang demikianlah watak hari esok yang selalu belum pasti.
Dia serba mungkin. Makanya orang Jawa sering bilang ojo dumeh, ojo kesusu, jangan terburu-buru karena segala sesuatunya ke depannya serba belum tentu. Bahasa kompetisinya menyebutkan bahwa yang diprediksi kalah bisa saja menang. Yang disangka sejak awal pasti menang, ending dan ujungnya bisa saja ternyata kalah. Semua bisa saja dan serba mungkin. Dan kita jangan bertengkar.
Maka bersiap jika kelak mungkin kalah, gugur, gagal, dan sebangsanya adalah jauh lebih penting daripada merasa terlalu percaya diri bahwa ia pasti menang, hebat, tak mungkin gugur dan kalah tapi ternyata kenyataannya ia kalah. Dan biasanya sakitnya tuh disini: di dalam hati. Menusuk-nusuk ke relung jiwa hingga mengikis logika dan akal sehatnya. Sehingga memungkinkan depresi, marah-marah, hingga sakit jiwa atau mungkin nekat bunuh diri.
Akan tetapi apapun yang terjadi, salah satu hal yang terpenting adalah optimisme. Ini harus terpatri kuat dalam hati. Apapun yang terjadi jika seseorang itu optimis, maka segala jalan yang ditempuh insyaallah akan mampu dilaluinya dengan baik. Jangankan kegagalan, kesuksesan yang tak disertai optimisme yang tinggi pun akan melahirkan keraguan, kegamangan, hinggal langkah yang terbentur oleh ketidakyakinan yang melahirkan ketidakberdayaan di dalam dirinya sendiri.
Masa kampanye Pemilu 2019 yang meliputi pemilihan Presiden dan Wakilnya, anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi hingga DPRD Kabupaten ini akan segera berakhir pada tanggal 13 April 2019. Selanjutnya akan memasuki masa tenang pada tanggal 14 hingga 16 April 2019. Dalam masa tenang ini semua atribut kampanye harus dilepas. Para calon pemimpin bangsa ini semacam memasuki kontemplasi politik.
Mereka dilarang berkampanye di hari tenang tersebut. Suasana hening politik. Semacam “penyucian” dari ramainya hingar bingar kampanye, agar saat hari H nanti, yakni 17 April 2019, masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya secara tepat, jernih, serta membawa kemaslahatan bagi kita bersama.
Kata orang, hidup adalah pilihan. Jangan diselidiki dan dicari sumber sejarahnya dengan detail orang yang bagaimanakah yang ngomong itu, apakah dia orang waras ataukah orang gila? Maka jangan sampai tidak menentukan pilihan di bilik suara nanti. Pilihan rahasia tersebut semoga merupakan bimbingan “tangan rahasia” Allah, bi yadikal khoir, sebuah “tuntunan tangan rahasia” yang terbaik bagi seluruh ragam elemen bangsa bhinneka tunggal ika Indonesia kedepan. “Aku, tergantung sangka hamba-Ku,” kata Allah.
Semoga pemungutan suara 17 April 2019 mendatang, baik pelaksanaannya, hingga sesudahnya dan seterusnya, senantiasa berjalan dengan aman, lancar, tanpa kerusuhan, dan damai. Salah satu ciri masyarakat yang berdemokrasi tinggi adalah damai dan menghargai ragam perbedaan pilihan. Marilah kita awasi bersama Pemilu besok. Kata tagline Bawaslu: “Bersama rakyat awasi Pemilu. Bersama Bawaslu kita tegakkan keadilan Pemilu.”
(Banyuwangi, 13 April 2019)