Oleh: Yazid Mar’i
MEPNews.id – Menurut Socrates, untuk mencapai kebajikan (virtue), manusia harus memiliki pengetahuan yang cukup dengan menyediakan sejumlah tolok ukur mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, agar tidak ditemukan kesalahan dalam mengambil kesimpulan.
Tujuan tertinggi mengapa manusia harus hidup adalah dengan jalan membuat dirinya atau jiwanya, tumbuh dan berkembang serta menjadi sebaik mungkin, dan mampu meraihnya. Itu semua hanya bisa dilakukan jika manusia memiliki hakikat yang baik.
Di sini lah peran negara dalam masyarakat sangat dibutuhkan. Menurut Socrates, tugas negara sebenarnya sederhana. Yaitu bagaimana negara mampu memajukan kebahagiaan para warga negaranya, dan membuat jiwa para penduduk menjadi manusia yang baik.
Karena itu, pemimpin haruslah orang yang memiliki pengetahuan cukup baik akan apa yang disebut dengan kebaikan. Tanpa itu, tidak mungkin gagasan kebaikan mampu diciptakan di kalangan masyarakat.
Dengan nalar ini, akhirnya Socrates berkesimpulan, bahwa demokrasi tidak akan melahirkan pemimpin yang baik. Demokrasi yang mentamsilkan ‘suara rakyat adalah suara Tuhan, yang karenanya pasti mengasumsikan suara mayoritas’ tidak mungkin menghasilkan kebaikan.
Mengapa? Karena tidak semua manusia dalam pengertian mayoritas itu memiliki pengetahuan yang sama untuk memperoleh kebaikan dalam terminologi yang utuh.
Dengan demikian, berbicara demokrasi yang dikatakan mendekati sempurna di Indonesia adalah bilamana rakyat telah cerdas, rakyat telah mampu menggunakan nalarnya untuk mengambil alih suara Tuhan. Tanpa ini, penerapan demokrasi hanya akan melahirkan para makelar dan pedagang sapi yang cendrung transaksional “uang dan uang”.
Sila pertama Pancasila, dalam konteks realita, akan bergeser menjadi keuangan yang maha esa. Pemilu sebagai satu alat demokrasi tetap menjadi pertarungan “isi tas” dan bukannya “kualitas”.
Saya tentu tidak tahu bagaimana sila keempat ‘kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’ yang tumbuh di Indonesia menjadi demokrasi seperti hari ini. Di mana saat suara Tuhan, suara orang cerdas, suara orang gila berbanding sama.
Malam hipcafe, 030419