Cek Depresi Lewat Rambut

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – “Saya khawatir sama anakku akhir-akhir ini. Joey belakangan sering murung, gampang marah, dan susah tidur. Menurutmu ini masalah biasa atau ada yang serius?” Mira mulai curhat.

“Sudah coba ngobrol langsung sama dia?” saya coba menggali.

“Sudah, tapi dia jawab singkat-singkat. Rasanya dia menutup diri.”

“Sekadar saran, coba periksa kadar stres lewat hormon kortisol.”

“Tes darah dulu?”

“Tidak. Sekarang ada teknik baru cek kortisol; lewat rambut.”

“Lewat rambut? Gimana?”

…………

Pembaca yang budiman, sains terus berkembang untuk memudahkan kita menghadapi berbagai tantangan hidup. Salah satunya, tingkat stres jangka panjang bisa diukur melalui sampel rambut. Hasilnya dapat memberikan petunjuk tentang risiko kesehatan mental pada anak-anak dengan penyakit fisik kronis (CPI).

Penelitian terbaru di University of Waterloo mengungkap kortisol yang tinggi di rambut bisa menjadi tanda peringatan dini yang dapat membantu mengidentifikasi anak-anak dengan CPI dan siapa yang paling berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Temuan ini membantu strategi pencegahan dan pengobatan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan anak dengan lebih baik.

Di Kanada, 40 persen anak hidup dengan CPI. Angka ini terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Mereka menghadapi risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental jika dibandingkan teman sebaya yang sehat. Mereka berisiko lebih besar mengalami kualitas hidup yang buruk, punya pikiran mengakhiri hidup, dan ketergantungan pada layanan kesehatan.

Emma Littler dan rekan-rekan penelitinya menemukan, stres kronis tinggi yang diukur melalui sampel kadar kortisol dalam rambut dapat membantu mengidentifikasi anak-anak dengan CPI dan berisiko paling tinggi mengalami masalah kesehatan mental.

Kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi kelenjar di bagian korteks adrenal. Kadar hormon ini meningkat saat tubuh menghadapi tekanan fisik atau psikologis. Maka, kortisol sering disebut sebagai hormon stress.

Salah satu cara terbaru mengukur kadar kortisol adalah dari sample di rambut. Tes darah, tes urin, atau tes air liur hanya mencerminkan kondisi kortisol sesaat saat dites. Karena rambut bisa menyimpan jejak kadar kortisol selama beberapa bulan terakhir, maka tes terbaru ini bisa lebih diandalkan untuk jangka lebih panjang.

Peneliti mengambil sampel potongan kecil rambut dari bagian tengkuk. Panjang rambut 1 cm biasanya mewakili kadar kortisol sebulan terakhir. Kalau diambil 3 cm, rambut itu bisa merekam 3 bulan riwayat kadar kortisol. Rambut itu dibersihkan, dipotong jadi kecil atau digiling halus, lalu direndam dengan methanol untuk melarutkan hormon kortisol. Cairan hasil ekstraksi ini diperiksa dengan metode ELISA atau LC-MS/MS untuk menunjukkan konsentrasi kortisol per miligram rambut.

Para peneliti di Kanada mengamati 244 anak dengan CPI selama empat tahun. Mereka mengukur kadar kortisol di rambut. Hasilnya? Lebih dari dua pertiga anak-anak ini memiliki kadar kortisol yang terus-menerus tinggi. Anak-anak ini lebih mungkin menunjukkan gejala depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya dibandingkan teman sebaya yang kadar kortisolnya menurun seiring waktu.

Ketika para peneliti membandingkan pola-pola ini dengan laporan kesulitan emosional dan perilaku, mereka menemukan bahwa anak-anak yang kadar kortisolnya menurun seiring waktu menunjukkan lebih sedikit gejala kecemasan, depresi, dan masalah perilaku, dibandingkan anak-anak yang kadar kortisolnya tetap tinggi.

Para peneliti menyimpulkan, saat faktor-faktor risiko risiko ini teridentifikasi lebih dini maka dokter atau keluarga bisa lebih cepat melakukan intervensi sebelum kesulitan emosional dan perilaku muncul.

Nah, teknik tes kortisol di rambut ini menawarkan biomarker non-invasif dan mudah untuk menyaring anak-anak yang berpotensi punya masalah mental karena stress berlebihan. 

Facebook Comments

POST A COMMENT.