mepnews.id – Tim dosen Politeknik Negeri Jember (Polije) mengembangkan aplikasi Intelligence System Ultrasonography (IS-USG) khusus untuk domba bunting. Aplikasi ini untuk membantu identifikasi janin dan mencegah kegagalan kelahiran di lokasi peternakan CV Gumukmas Multifarm.
Ketua pelaksana program Dana Padanan Perguruan Tinggi Vokasi, Dr Denny Trias Utomo SSi MT, menjelaskan sistem USG yang umum digunakan hanya menampilkan citra visual keadaan janin. Berdasarkan diskusi dengan CV Gumukmas Multifarm, kebutuhan yang diinginkan adalah data komprehensif mencakup riwayat kehamilan, kondisi kesehatan janin, dan kebutuhan nutrisi seimbang. Data tersebut diharapkan dapat disajikan secara visual, mudah dioperasikan, akurat, dan presis, sehingga dapat mengurangi risiko kegagalan kelahiran pada domba.
“Tim Polije menambahkan fitur rekam medik dan deteksi dini kesehatan domba menggunakan sistem kecerdasan buatan berbasis machine learning. Data citra visual yang diekstraksi dari ultrasonografi diolah menggunakan modul berbasis mikrokontroler Raspberry Pi terbaru, sehingga menyajikan data rekam medik yang akurat dan presisi tinggi,” ujar Denny, lewat situs resmi polije.ac.id edisi 28 Oktober 2024.
Program ini hasil kerjasama dengan anggota tim lainnya, yaitu Dr Ir Hariadi Subagjan SPt MP IPM, Dr Ir Dadik Pantaya MSi IPUI, Drh Dharwin Siswantoro MKes, dan Shabrina Choirunnisa SKom MKom.
Denny menegaskan inisiatif ini wujud implementasi perguruan tinggi sebagai lembaga akademis yang berperan sebagai katalis untuk menciptakan produk berbasis teknologi bermanfaat bagi masyarakat.
“Program Dana Padanan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) 2024 diharapkan dapat meningkatkan kualitas budidaya domba di CV Gumukmas Multifarm dan budidaya domba nasional secara umum, menciptakan kondisi yang berdampak positif pada pengembangan ekosistem pendidikan dan industri,” kata Denny.
Agus Solehul Huda, pemilik CV Gumukmas Multifarm, menyatakan program ini sangat dibutuhkan peternak. Banyak permasalahan yang dihadapi dalam beternak domba, terutama dalam deteksi kehamilan. “Penting untuk melakukan deteksi awal pada domba hamil usia 40-60 hari, sehingga domba bisa dijual lebih awal dan mengurangi biaya pemeliharaan,” ujar Agus.
Agus juga mengungkapkan kegagalan kelahiran domba sering terjadi akibat kelahiran yang tidak normal. “Deteksi dini diperlukan untuk memberikan rekomendasi treatment agar perkembangan janin dapat normal, termasuk pemberian pakan dan nutrisi seimbang dengan probiotik.”
Ia melanjutkan, hasil breeding yang diperoleh selama ini belum dicatat dengan akurat dan belum ditampilkan pada sertifikat domba. “Maka, program ini sangat kami butuhkan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas budidaya domba. Alat yang dikembangkan Tim Politeknik Negeri Jember dapat menyajikan data real-time dan mudah dibaca, serta membantu kami dalam mendiagnosis kondisi janin pada awal kehamilan.” (hnf)