Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Hormon kortisol adalah hormon stress. Disebut sebagai hormon stress karena kortisol menyediakan energi yang melimpah bagi tubuh ketika seseorang sedang berada di bawah tekanan atau sedang stress.
Pertanyaannya, adakah orang yang ‘kecanduan’ kortisol? Ada.
Kalau Anda menemui orang-orang yang ‘suka cari masalah’ atau ‘suka ribut’ maka mereka bisa ditengarai termasuk ke dalam golongan ini. Mereka adalah golongan manusia yang kemungkinan besar bakal dihindari banyak orang. Ya, jelas, karena orang ‘normal’ biasanya enggan terlibat masalah.
Saat berinteraksi dengan orang lain yang baik dan peduli pada mereka, yaitu interaksi normal yang biasa dilakukan semua orang, golongan kortisol ini akan merasa bahwa hidup mereka kurang intens. Itu bisa ‘menyiksa’ mereka.
Hal ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Memang begitu cara pecandu kortisol berinteraksi dengan orang lain. Kenapa bisa begitu?
Kalau ditelusuri, bisa jadi ini wujud dari trauma masa kecil yang belum pulih. Mereka mungkin dibesarkan dengan pola asuh dalam keluarga yang menormalkan kekerasan, pertengkaran dan penistaan/bully. Bagi mereka, konflik atau pertengkaran adalah bentuk rasa sayang.
Saat mengalami penistaan atau kekerasan, orang tua mereka mungkin saja berkata, “Papa begini keras ke kamu karena Papa sayang sama kamu dan sodara-sodaramu” –dan berbagai ungkapan serupa yang ditanamkan dalam pemikiran mereka dulu.
Orang-orang seperti ini sejatinya adalah pribadi yang ‘terluka’. Mereka memiliki pertahanan diri dan siap ‘fight‘ saat menghadapi situasi penuh tekanan. Sayangnya, kondisi ini tidak selalu cocok diterapkan pada kondisi normal saat berinteraksi dengan orang-orang biasa.
Jadi… apa yang kita harus lakukan jika bertemu orang-orang yang kecanduan kortisol?