Saat Usia Senior, Ada Baiknya Menikmati Cokelat

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Menua itu sunnatulloh yang patut dijalani dan disyukuri. Ya, karena ada lho yang tidak sempat menua karena dijemput malaikat lebih awal. Yang baik adalah bisa menua dan bisa mengisi umur panjang dengan amal kebaikan. Nah, salah satu cara beramal baik untuk diri sendiri adalah menjaga kesehatan.

Dari ranah kajian ilmiah, ada kabar baik untuk menjaga kesehatan diri sendiri saat usia mulai menua. Penelitian berbasis data Women’s Health Initiative dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat ini mengisyaratkan konsumsi cokelat untuk menjaga umur.

Lho, koq bisa? Bukannya batangan cokelat yang dijual di toko-toko itu mengandung banyak asam stearat, gula, dan lemak yang tinggi? Bukankah cokelat yang demikian itu dapat menyebabkan penambahan berat badan dan potensi gangguan lainnya?

Jika yang dimaksud adalah permen cokelat, ya memang ada banyak risiko kesehatan. Tapi, cokelat yang tidak diolah jadi permen punya banyak sekali manfaat kesehatan. Bubuk kakao, untuk membuat coklat, justru kaya akan flavanol (subkelompok dari flavonoid) dan banyak bahan kimia yang berpotensi psikoaktif.

Para peneliti mengkaji dampak jangka panjang konsumsi cokelat terhadap angka kematian. Menggunakan data dari Women’s Health Initiative, peneliti mencoba menentukan efek jangka panjang konsumsi coklat terhadap kematian, penyakit kardiovaskular, dan demensia. Jumlah objek penelitiannya sangat besar, yakni 93.676 wanita pasca-menopause. Datanya dikumpulkan 19 tahun sejak peserta penelitian berusia usia 40 tahun, dari berbagai klinik di Amerika Serikat. Jumlah konsumsinya antara 28 gram hingga 170 gram sajian per minggu.

Peneliti mendefinisikan titik akhir kematian mencakup semua penyebab. Antara lain penyakit kardiovaskular (penyebab utama kematian di Amerika Serikat), semua jenis kanker (termasuk paru-paru, payudara, kolorektal, pankreas, dan ovarium), dan akibat demensia (terutama Alzheimer). Variabel lain yang dipertimbangkan adalah usia, ras, etnis, tingkat pendidikan, pendapatan tahunan, status sosial ekonomi, penggunaan hormon estrogen atau progesteron, status merokok, aktivitas fisik, asupan alkohol, status diabetes, status kolesterol dan darah tinggi, riwayat serangan jantung atau stroke dalam keluarga, dan berbagai faktor makanan. Penelitian juga mempertimbangkan gaya hidup, pola makan, riwayat penyakit, penggunaan obat-obatan, riwayat penyakit keluarga, dan tingkat aktivitas fisik.

Hasilnya?

Ada hubungan terbalik antara konsumsi cokelat dengan semua penyebab kematian. Konsumsi coklat dalam jumlah sedang, satu hingga tiga porsi (28 – 85 gram) per minggu, dikaitkan dengan rendahnya risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, dan rendahnya risiko kematian akibat demensia, juga dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih baik.

Jadi, dampak positifnya lebih besar daripada dampak negatifnya.

Mengapa bisa begitu?

Cokelat mengandung campuran antioksidan kuat. Flavonoid dalam cokelat mendasari efek perlindungan fungsi jantung dan otak. Dalam penelitian sebelumnya pada hewan dan manusia, ada aktivitas anti-hipertensi, anti-aterogenik, dan anti-inflamasi dari bubuk kakao. Efek agregat dari theobromine, kafein, dan methylxanthines, serta flavonoid dalam cokelat juga bermanfaat pada fungsi kognitif.

Flavonoid menginduksi neuron di otak menjadi lebih plastis alias lebih mampu membentuk daya ingatan baru. Flavonoid berinteraksi dengan protein dan enzim spesifik penting untuk pembelajaran dan memori. Mereka menginduksi kelahiran neuron baru –proses yang penting untuk pemulihan cedera, paparan racun, dan konsekuensi usia lanjut.

Flavonoid juga meningkatkan aliran darah ke daerah otak aktif. Ketika wanita usia senior diberi minuman coklat kaya flavonoid, aliran darah ke otaknya meningkat secara signifikan hanya dalam waktu dua jam, dan kinerja dalam tugas mental kompleks juga meningkat pesat.

Flavanol, seperti proanthocyanin dalam kakao, terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru manusia secara in vitro dan in vivo. Mampu menghambat aktivasi dan agregasi trombosit sehingga melindungi kita dari ancaman stroke.

Nah, di Indonesia ada banyak sekali pohon kokoa (cokelat) yang menghasilkan kakao (biji buah cokelat). Itu bisa kita manfaatkan untuk menjaga kesehatan.

Facebook Comments

Comments are closed.