Oleh: M. Yazid Mar’i
mepnews.id – Kehidupan manusia hakekatnya adalah perjalanan dari momentum ke momentum. Menanam, memelihara, lalu memanen. Hukum alam selalu berjalan atas sunahNya alias ‘hukum Tuhan’. Seseorang tak akan mendapatkan hasil panen melimpah dan berkualitas jika ia tidak mendahuluinya dengan menanam dan memeliharanya dengan penuh kesungguhan.
Robiul Awal, bulan ketiga tahun hijriyah setelah Muharam dan Shofar, adalah bulan yang memiliki tiga momentum bagi Rasulullah SAW kekasih Tuhan yang hakekatnya telah dipersiapkan jauh sebelum para Nabi lahir di dunia sebagai penyempurna risalah Nabi-nabi sebelumnya.
Momentum pertama adalah kelahiran Muhammad pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah yang bertepatan tahun 571 M, dari seorang ibu bernama Aminah binti Wahab dan ayah bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Bukti kelahiran sebagai suatu yang ditakdirkan adalah peristiwa besar yang menyertai kelahirannya adalah kegagalan tentara Abrahah dari Negeri Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah simbol Tauhid.
Ini diabadikan dalam Al Qur’an Surat al Fiil 1-5 yang artinya: 1) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? 2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? 3) dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, 4) yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, dan 5) lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Bukti berikutnya adalah, meski Muhammad lahir dalam kondisi yatim (ayahnya telah meninggal tiga bulan setelah menikah dengan ibunya), Muhammad tetap dalam pemeliharaan Tuhan dan tanpa kekurangan suatu apapapun.
Itu diabadikan dalam Al Qur’an surat Ad Dhuha 6-8 yang artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu (Muhammad). Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan.”
Momentum kedua adalah hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah yang bertepatan pada tahun 622 M. Para ulama menyebut peristiwa ini bukanlah suatu yang kebetulan, melainkan skenario Tuhan yang ingin mengubah kehidupan Muhammad dan pengikutnya dari kehidupan penuh penyiksaan ke kehidupan penuh kemuliaan dan mencerahkan ‘al madinah al munawarah‘.
Yastrib adalah tempat strategis dari sisi geografis, geologis, dan sosiologis. Dari sisi geografis, kota ini menjadi penghubung antara Yaman di selatan dan Suriah di Utara yang merupakan jalur perdagangan sehingga sangat memungkinkan pengembangan ekonomi penopang dakwah Islam di awal-awal perkembangannya (Fida’ Abdilah dan Yusak Burhanuddin). Dari sisi geologis, tanah subur sangat cocok untuk pertanian sebagai salah satu sumber penghidupan. Secara sosiologis, penduduknya yang ramah meski manjemuk, merupakan modal utama pengembangan Islam.
Haedar Nasir menyebut, hijrah sebagai ikhtiar perubahan dari masyarakat jahiliyah kepada madaniyah (penuh peradaban) hingga lahirnya ‘Piagam Madinah’ sebagai pranata bagi kemajemukan masyarakatnya, sekaligus sebagai pembuka dakwah Islam ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagaimana ditegaskan dalam Al Qur’an surat Al Anbiya’ 107: “Dan tidaklah Aku mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk memberi rahmat bagi seluruh dunia.”
Momentum ketiga adalah wafatnya Nabi SAW sekaligus sebagai deklarasi akan kebenaran ajaran Islam dan berakhirnya tugas serta eksistensinya sebagai Nabi terakhir dan tidak ada Nabi sesudahnya. Dijelaskan dalam surat Al Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku cukupkan nikmatKu atasmu dan Aku ridha Islam sebagai agamamu.”
Maka, sebagai muslim, Rabiul Awal adalah momentum penting untuk mengambil ibrah (pelajaran), bahwa kehidupan kaum muslim, kejayaan Islam, adalah melalui tiga momentum penting kelahiran, hijrah, dan kematian. Ini bisa dimaknai pula bahwa kehidupan masa lalu sebagai spionase untuk hidup hari ini sebagai kenyataan yang tak dapat dibantah, dan hari esok yang penuh harapan kemuliaan, dengan kehidupan penuh kebahagiaan surga yang dijanjikan bagi yang beriman dan bertaqwa, mengikuti perintah Tuhannya dan mengikuti sunahnya.
(Candi Prambanan sore hari, 30/9/2023)