mepnews.id – Suka main game? Atau, getol latihan di depan komputer sebagai atlet e-sport? Ingat, terlalu lama di depan layar, atau terlalu padat jadwal latihan e-sport, itu tidak baik! Mengandung bahaya stres. Jika ini terjadi, kesehatan fisik dan mental bisa terancam. Nah, untuk berjaga-jaga dan untuk melindungi diri, diperlukan alat yang dapat mendeteksi potensi stres.
Lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menggagas alat pendeteksi stres pada atlet e-sport. Dalam penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), mereka membentuk kelompok bernama Starstec: Smart Bracelet Stress Detection. Aisy Al Fawwaz jadi ketua, dan lainnya adalah Revita Novianti Putri, Richa Varyan, Sayyidul Istighfar Ittaqillah, dan Angeline Shane.
Aisy, saat diwawancarai UNAIR NEWS pada 15 September 2023, menjelaskan alat pendeteksi stres ini bertujuan mendeteksi potensi stres secara fleksibel, akurat, non-invasive, dan real time. Teknologinya menggunakan deep learning, yakni metode kecerdasan buatan yang memanfaatkan komputer untuk proses data. “Model deep learning mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lain untuk menghasilkan prediksi akurat,” ucapnya.
Aisy mengakui, penelitian mereka mengembangkan penelitian yang dilakukan Zontone et al. (2019) memanfaatkan kombinasi metode ECG dan EDA sebagai stress detection bagi pengendara mobil. “Dari penelitian Zontone didapatkan akurasi deteksi lebih baik. Namun, penelitiannya masih memanfaatkan metode penempelan elektroda pada dada dan tangan atlet. Untuk atlet e-sport, penempelan itu dapat mengurangi fleksibilitas saat pertandingan,” kata mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi itu.
Tim sepakat membuat alat dalam bentuk bracelet agar lebih praktis, lebih efisien, karena letak sensor paling efektif ada di tangan manusia. “Semoga hadirnya Starstec dapat meningkatkan kualitas permainan atlet e-sport sekaligus meningkatkan awareness mengenai kondisi stres para atlet,” ujar Aisy.
Aisy memaparkan, prototype hasil penelitian mereka dapat digunakan untuk atlet cabang olahraga lain. Misalnya catur.
Penggunaan Starstec lebih disarankan pada cabang olahraga yang atletnya tidak melakukan banyak pergerakan. Kalau ada banyak pergerakan, hasil pengambilan datanya kurang akurat,” sambungnya.