ITS Djamoe, Agar Terbiasa Minum Jamu

mepnews.id – Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis (KIBAS) dari Departemen Kimia, Intitut Teknologi 10 Nopember, bekerja sama dengan Pusat Penelitian Agri-Pangan dan Bioteknologi (Puslit Agrifotech) ITS, meluncurkan ITS Djamoe. Peluncuran dilakukan di Galeri Riset, Inovasi dan Teknologi (GRIT) Gedung Pusat Riset ITS, secara hybrid, pada 31 Mei 2022.

Sri Fatmawati SSi MSc PhD, selaku penanggung jawab riset ITS Djamoe,  mengatakan riset pertama terkait jamu sudah dilakukan tahun 2002 dengan sasaran mempelajari tanaman obat. Riset tersebut hasil inspirasi dari Kepala Laboratorium KIBAS saat itu yakni Prof Dr Drs Taslim Ersam MS. “Ini sebenarnya riset yang sudah dilakukan 20 tahun,” jelasnya.

Dalam rentang 20 tahun, Laboratorium KIBAS bersama Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan stakeholder lainnya menciptakan lebih dari 300 penelitian, 500 lebih senyawa hasil isolasi, dan 300 lebih senyawa hasil sintesis.

Fatma mengungkapkan, proses pembuatan minuman jamu tersebut memiliki kemiripan dengan perusahaan lain. Meski berbahan dasar temulawak dan meniran, ia berkomentar quality control merupakan kunci pembeda dari jamu buatan ITS. “Tentunya selalu meneliti komposisi dari bahan jamu yang kami gunakan,” tegasnya.

Dosen Departemen Kimia tersebut menjelaskan, produk ITS Djamoe sudah memberikan manfaat pada masyarakat, khususnya yang terjangkit COVID-19 pada masa awal pandemi. “Saat isolasi mandiri, kami mendistribusikan 10.000 paket jamu rempah pada para pasien untuk membantu meningkatkan imun,” terangnya.

Sebagai penunjang distribusi, ITS merangkul petani herbal maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki bisnis tanaman maupun obat herbal. “Kami juga bekerja sama dalam hal produksi dengan PT Payung Pusaka Mandiri,” bebernya.

Peneliti perempuan terbaik di Indonesia ini berharap penelitian tersebut bisa semakin meningkat seiring berkembangnya waktu dan teknologi. Kehadiran ITS Djamoe juga diharapkan mampu membangkitkan budaya minum jamu di kalangan masyarakat, terutama pada generasi muda.

“Leluhur kita meninggalkan banyak sekali metode herbal yang bermanfaat untuk manusia. Maka dari itu, harus terus kita kembangkan lebih jauh,” ia mengingatkan. (Bima Surya Samudra)

 

Facebook Comments

Comments are closed.