Plengsengan, The Hidden Gem of Banyuwangi

Oleh: Fara Franciska de Antoni

mepnews.id – Pantai Ancol Plengsengan. Ada yang tahu di mana tempat itu berada? Namanya terdengar cukup asing. Kalau Ancol, jelas di Jakarta. Tapi, kalau ditambahi Plengsengan, ada di mana, ya?

Banyak yang tidak tahu ketika kita menyebutkan nama tersebut. Tapi, ketika kita menyebut Plengsengan saja, nama tersebut lebih familiar di telinga orang Banyuwangi. Ya, Pantai Ancol Plengsengan itu lebih dikenal dengan sebutan Pantai Plengsengan. Letaknya di Kampung Mandar, sebelah utara Pantai Boom. Bila dibandingkan dengan Pantai Boom, Pantai Ancol Plengsengan masih kalah pamor dari segi fasilitas, tata kelola dan lokasinya.

Pantai Ancol Plensengan memiliki kisah tersendiri yang belum banyak orang tau. Nama ‘Ancol’ bermula dari cerita masyarakat yang terkadang melihat noni-noni Belanda mengenakan pakaian serba putih muncul di sekitar pantai Plengsengan. Seperti kisah Si Manis Jembatan Ancol. Dulu, daerah itu ada pabrik gula yang berdiri sejak 1898. Di situ terdapat beberapa sisa bangunan berciri arsitektur Belanda. Jadi, kalau ada penampakan noni-noni Belanda, mungkin ada hubungannya.

Sebutan ‘plengsengan’ bermula dari banyaknya masyarakat sekitar yang duduk-duduk santai di pembatas antara laut dengan pemukiman. Pembatas ini terbuat dari batu bata dan semen yang tidak terlalu tinggi.

Akses jalan menuju Pantai Plengsengan yang masih berupa tanah membuat pantai ini jarang dikunjungi orang. Ketika hujan, jalanan berubah menjadi kubangan air bercampur lumpur. Kebanyakan hanya nelayan atau penduduk asli sekitar yang lalu-lalang di pantai ini.

Kondisi pantai yang ala kadarnya, tidak terawat, dan sampah menumpuk di air laut, membuat orang malas berkunjung. Minimnya fasilitas juga mengurangi kenyamanan pengunjung menikmati pantai ini. Suasana pantai yang gelap saat malam kadang dimanfaatkan segelintir orang tidak bertanggung jawab untuk melakukan hal-hal negatif. Jelas ini menimbulkan rasa tidak nyaman orang yang berkunjung di malam hari. Kadang, pada malam hari, sekelompok muda-mudi nakal merokok, berpesta miras, atau balap liar di pintu masuk menuju Plengsengan, membuat orang-orang takut melewati jalan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, di era kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anaz, banyak program baru pemerintah dalam meratakan pembangunan dan perekonomian masyarakat Banyuwangi. Salah satunya mengangkat ‘mutiara yang terpendam’ yaitu Pantai Ancol Plensengan.

Lokasi sekitar pantai dibersihkan. Sampah yang menumpuk di tepi laut dikeruk. Akses jalan menuju pantai diperbaiki. Jalan yang masih tanah dikeraskan menggunakan semen sehingga lebih mudah dilalui kendaraan. Untuk menuju Pantai Plengsengan, ada dua jalan. Pertama, kita dapat melewati Kampung Mandar. Kedua, kita dapat melewati jalan Belitung sebelah utara Pasar Kampung Arab. Jika ditempuh menggunakan sepeda, hanya butuh waktu 10 menit dari Taman Blambangan.

Kemudian diadakan Fish Market Festival. Ini pasar ikan segar untuk masyarakat sekitar maupun orang-orang yang berkunjung di Pantai Ancol Plengsengan. Beragam jenis ikan yang dijual. Ada tongkol, kerapu, kakap dan masih banyak lagi hasil tangkapan nelayan yang dijual Fish Market. Harganya berkisar Rp39.000,00 sampai Rp50.000,00 per kilo.

Harga yang dipatok untuk ikan  terbilang murah dibandingkan warung-warung pinggir jalan lainnya. Harga ikan bakar di warung-warung Plengsengan berkisar 11.000/ons. Tak hanya itu, pembeli dapat meminta langsung ikan segar yang dipilih untuk dimasak sesuai selera. Misalnya diolah menjadi ikan bakar, sup ikan, garang asem, rica-rica, asam manis dan masih banyak menu olahan ikan lainnya. Pembeli juga dapat membawa pulang ikan segar untuk dimasak sendiri di rumah.

Banyaknya kendaraan parkir mencerminkan kondisi gerakan ekonomi di kawasan pantai itu.

Banyaknya minat pengunjung membuat masyarakat sekitar mengikuti program pemerintah untuk memperoleh keuntungan. Warga membuka warung-warung pribadi yang unik, keren dan menarik. Makanan yang dijual sangat beragam. Selain ikan bakar, mereka juga menjual nasi tempong, tahu walik, dan tahu petis.

Pengunjung yang datang bisa memotret keindahan pantai, makanan yang dijual, atau ikan yang telah diolah, untuk diunggah ke akun media sosial mereka. Hal ini otomatis membuat banyak orang tahu dan tertarik datang serta menikmati Pantai Ancol Plengsengan.

Semakin sore, Plengsengan semakin ramai pengunjung. Banyak pedagang kaki lima berjejer menjual berbagai macam makanan ringan, seperti cilot, telur gulung, molen, es potong, batagor, kue laba-laba, pentol bakar, es kelapa, bakso, cimol, sotong dan es krim. Malam hari, Plengsengan tak lagi gelap melainkan penuh lampu gemerlap di sepanjang jalan. Terkadang terdapat pertunjukan seni tari tradisional atau alunan musik tradisional pada hari-hari tertentu untuk menemani kita saat berkunjung.

Pandemi COVID-19 membuat banyak tempat wisata terpaksa tutup untuk mengurangi kerumunan. Akibatnya, banyak masyarakat Banyuwangi yang jenuh bertahan terus-terusan di rumah. Plengsengan menjadi alternatif untuk mengatasi kejenuhan selama pademi. Tentu saja dengan mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Saat PPKM level 3, jam oprasional dibatasi hanya sampai 20.00. Oleh sebab itu, banyak warung buka lebih sore.

Mandar Food Festival adalah program dari Bupati Ipuk Fiestiandani. Festival ini diharapkan dapat menjadikan Kampung Mandar sebagai pusat kuliner seafood. Seterusnya, pengunjung menginginkan warga sekitar menjual oleh-oleh khas Banyuwangi untuk bisa dibawa pulang. Pengunjung yang datang ke Plengsengan bukan hanya warga lokal saja tapi juga luar kota bahkan ada juga dari luar pulau. Makanan khas atau oleh-oleh khas Banyuwangi banyak diburu pengunjung dari luar kota.

Salah satu warga yang menjual ikan bakar mengungkap, diadakannya Fish Market Festival dan Mandar Food Festival sangat membantu perekonomian keluarga. Warga sekitar juga menginginkan wisata kuliner ini akan terus berkembang dan ramai.

Keindahan panorama pagi dengan laut dan suara ombak serta angin sepoi-sepoi membuat kita terbuai dan ingin berlama-lama mengunjungi pantai ini. Saat weekend, Plengsengan sudah ramai pengunjung sejak pukul lima pagi. Pengunjung menikmati sunrise bersama keluarga, sahabat, atau pasangan. Keindahan sunrise di Plengsengan tidak diragukan lagi. Sore hari, sunset pun dapat dinikmati. Terbenamnya matahari di ufuk barat juga tak kalah indahnya dengan sunrise.

Banyak juga yang berkunjung untuk memancing di dermaga batu. Harga tiket masuk sangat murah. Untuk sepeda motor, Rp 2.000. Mobil Rp 5.000. Ini membuat orang semakin senang datang ke Plengsengan.  Warung-warung pun sudah buka sejak pagi demi menyambut pelanggan. Tak jarang ada alunan musik dari pengamen yang dimainkan para pemuda setempat yang menambah ramai suasana.

Ke depan, masyarakat sekitar mengharapkan pemerintah membangun dan melengkapi sarana dan prasarana seperti toilet umum, sarana kebersihan, pusat oleh-oleh atau rest area yang lebih nyaman. Diharapkan, semakin banyak pengunjung yang datang dan perekonomian penduduk sekitar semakin meningkat.

Perlu digaris-bawahi dan diingat, pengunjung juga harus senantiasa menjaga kelestarian alam, kebersihan lingkungan pantai, dan kebudayaan asli adat-istiadat setempat. Secanggih-canggihnya teknologi, alam adalah tempat terbaik untuk umat manusia.

 

  • Penulis adalah siswi SMPN 1 Banyuwangi.

Facebook Comments

Comments are closed.