mepnews.id – Oral microbiology atau dikenal juga dengan dental microbiology, adalah ilmu mengenai penyakit di rongga mulut khususnya yang disebabkan mikroorganisme. Ilmu ini berpengaruh pada upaya mewujudkan Indonesia bebas karies di tahun 2030.
Hal itu dibeberkan Prof Rini Devijanti Ridwan drg MKes dalam orasi pengukuhan guru besar Universitas Airlangga pada Rabu 15 Desember 2021. Ia dikukuhkan bersama tiga guru besar lainnya. Dalam orasinya, Prof Rini memaparkan oral atau dental microbiology masa lalu, saat ini, dan masa datang.
Prof Rini menuturkan, kondisi oral atau dental microbiology menjadi penemuan awal adanya mikroba di rongga mulut. Melalui oral atau dental microbiology, maka akan didapatkan bentuk dasar mikroorganisme rongga mulut. “Bentuknya bervariasi, yakni kokus, batang atau basil, dan juga spiral.”
Kemajuan oral microbiology memberikan pemahaman yang berkesinambungan terkait kondisi rongga mulut. Keadaan tersebut akan memberikan terapi lebih spesifik dan proaktif. “Sehingga penyakit gigi dan jaringan periodontal dapat ditangani dengan cepat dan tepat,” ujarnya.
“Saat ini juga banyak penelitian mengenai oral atau dental microbiology. Hal ini menjadi penting, karena perkembangan penelitian tersebut menjadi kiat deteksi dini dan teknik pendekatan baru terhadap penyakit di rongga mulut,” kata guru besar Fakultas Kedokteran Gigi tersebut.
Penyakit yang paling umum terjadi karena mikroorganisme adalah karies gigi dan periodontitis. Karies gigi, menimbulkan infeksi jaringan keras pada gigi. Periodontitis adalah peradangan pada rongga mulut yang mengakibatkan kehilangan gigi.
“Angka terjadinya periodontitis ini terbilang cukup tinggi di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terjadinya penyakit tersebut menyentuh 74,1% di Indonesia. Di dunia, penyakit ini menduduki peringkat ke-11 sebagai yang paling banyak terjadi,” papar Prof. Rini.
Penyebab penyakit periodontitis adalah berbagai bakteri gram negatif yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Tanella forsythia, dan Fusobacterium nucleatum. “Namun yang utama bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis,” ungkap pakar biologi oral tersebut.
Proses terjadinya periodontitis dimulai dengan adanya interaksi kompleks antara pathogen dan periodontal, dengan imunitas host. “Hal itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik,” tutupnya. (*)