mepnews.id – Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) menciptakan mesin balistik pencacah sampah untuk membantu menciptakan sistem pengolahan praktis.
Ketua tim Abmas ITS, Liza Rusdiyana ST MT, menyebutkan kegiatan KKN Abmas kali ini ditujukan bagi masyarakat di di Desa Bangsal, Mojokerto. Menurutnya, desa ini banyak menerima sampah organik dari wilayahnya sendiri maupun dari desa tetangga. Sampah hanya menjadi tumpukan dan tidak termanfaatkan. Padahal, sampah akan menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bila diolah dengan benar .
“Khususnya jika sampah organik dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan bercocok tanam,” imbuhnya.
Menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bangsal, Tim Abmas ITS ini menggagas alat untuk mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan dan mengurangi timbunan sampah. Teknologi Tepat Guna (TTG) ini berupa mesin balistik pencacah sampah.
Cara penggunaan TTG ini sangat mudah. Pengguna hanya perlu memasukkan sampah ke dalam alat kemudian sampah didorong masuk dengan screw yang ter-install pada mesin. Selanjutnya, sampah diperas sehingga kandungan airnya dipisahkan. Sampah kemudian dicacah di dalam mesin menggunakan mekanisme putar dengan pisau yang dibentuk menyerupai ulir.
Mesin buatan enam dosen dan empat mahasiswa punya fitur screening pada mesin yang dapat memisahkan sampah organik dengan sampah plastik.
Liza mengungkapkan, alat ini dibuat dengan bahan plat baja hardock yang di-roll hingga berbentuk silinder berukuran 500 mm. Pisaunya terbuat dari baja skd11 yang dilas pada poros baja hardock. “Material tersebut kami pilih karena memiliki sifat lebih kuat dan tahan korosi sehingga alat akan lebih tahan lama.”
Alat ini dirancang efektif dan efisien untuk diaplikasikan pada semua sistem pengolahan sampah. Proses pengolahan sampah jadi lebih cepat, biaya jadi lebih murah dan proses sorting juga lebih mudah. Kualitas dan hasil pemilahan dari pengolahan sampah organik juga meningkat 30 persen. “Alat ini menjadikan BumDes mengolah sampah lebih mudah,” ujar dosen Departemen Teknik Mesin Industri ini.
Mesin yang dihibahkan ke BumDes Desa Bangsal ini mendapat respon positif. Pengolahan sampah organik ini dapat menghasilkan pupuk organik atau pupuk kompos yang berguna untuk perkembangbiakan tanaman dan menyuburkan tanaman.
“Kami akan sangat senang jika mesin ini bisa diaplikasikan juga untuk daerah-daerah lain yang memiliki permasalahan yang sama,” pungkasnya. (Mukhammad Akbar Makhbubi)