mepnews.id – Laju pertumbuhan populasi penduduk tak sebanding dengan jumlah lahan yang tersedia untuk agrikultur. Maka, Tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas media tanam berbasis hidrokoloid sebagai usaha pertanian di perkotaan. Inovasi ini berhasil menyabet medali perak pada ajang World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2021, Minggu 28 November 2021.
Alifah Salsabila, salah satu anggota tim, mengungkapkan kompetisi diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) secara daring dan langsung di Denpasar, Bali. Dalam ajang ini, berpartisipasi tim dari 23 negara dan dari Indonesia. “Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan masih banyak lagi,” tutur Alifah.
Tim Spektronics menitikberatkan riset pada permasalahan lahan pertanian yang berimbas pada ketersediaan gizi pangan cukup untuk masyarakat. Perwakilan tim bernama SP’NTECH menghadirkan Future Massive-Vertical Hydrocolloid Urban Farming (HyVi). Berbasis hidrokoloid, HyVi tidak perlu menggunakan pestisida maupun pupuk nonorganik dalam penggunaannya.
“HyVi juga dilengkapi fitur unggulan seperti irigasi otomatis tiap 12 hari dengan bantuan auto-watering dan light-control sensor,” jelas mahasiswi Departemen Teknik Kimia ITS tersebut.
Dengan menggunakan media tanam HyVi, tanaman tumbuh lebih cepat dengan kualitas lebih terjaga. Produksi yang cepat menjadikannya lebih menjangkau banyak lapisan masyarakat karena arus rantai distribusi. HyVi turut membantu menuntaskan masalah kekurangan gizi di Indonesia “Produksi tanaman masif juga dapat menyerap karbondioksida untuk mengurangi pemanasan global,” ungkapnya.
Kualitas produksi sayuran HyVi diproyeksikan terjaga karena dapat mengatasi masalah patogen pengganggu jika tanaman ditanam dalam tanah. Menurut Alifah, HyVi menggunakan agar poliakrilat untuk mengurangi tanaman yang rusak karena bakteri dan jamur. “Agar poliakrilat dibuat dari bubuk Gracilaria Sp dan Potassium Polyacrilate ditambahkan nutrient. Dipastikan kesterilannya terjaga,” jelas gadis asal Gresik tersebut.
Selain itu, poliakrilat lebih hemat air dalam proses tanam dengan hasil kualitas produksinya seragam pada satu batch yang sama. Nantinya, HyVi akan memiliki segmentasi untuk petani sayur di perkotaan dengan tipe tanaman yang berakar serabut dan tidak tumbuh terlalu tinggi. “Seperti halnya selada dan mustard green,” terang Alifah.
Alifah menjelaskan lomba ini diikuti tim nonteknis dari Spektronics. Ketuanya Silma Elvaretta Aska, dibantu Fauzan Agra Ibrahim, dan Ulfiyah Afnian Sari. Tercetus ide untuk menangani masalah kekurangan lahan yang sangat genting dan fatal bagi generasi selanjutnya bila tidak segera ditangani.
“Dukungan ITS dan para sponsor yakni PT Air Products, Altekimits, PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) serta sponsor lainnya membuat kami bisa mendapat medali perak dalam kategori agrikultur ini,” ucap Alifah.
Menurut Alifah, riset timnya yang digagas sejak September lalu ini mendapatkan pujian dari juri karena terbilang baru dan meyakinkan. Hal ini dikarenakan masih sangat sedikit media tanam yang berbasis hidrokoloid.
“Ke depannya memang belum ada rencana pasti. Namun kolega kami ada yang tertarik untuk mengembangkan hingga tahap bisnis,” pungkasnya. (Astri Nawwar Kusumaningtyas)