mepnews.id – Tim Bayucaraka ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) memborong delapan gelar juara dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2021 yang diselenggarakan Pusat Prestasi Nasional Kemendikbudristek RI bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Bagus Alifah Hasyim, General Manager Bayucaraka ITS, menjelaskan lomba berlangsung enam hari dan berakhir Sabtu 20 November 2021. Dalam kompetisi ini, tim Bayucaraka ITS diterjunkan pada empat divisi perlombaan; Racing Plane (RP), Fixed Wing (FW), Vertical Take Off and Landing (VTOL), dan Technology Development (TD).
“Divisi TD sendiri memiliki tiga subdivisi, yakni TD Propulsion System, TD Air Frame Innovation, dan TD Flight Controller,” kata Bagus.
Robot terbang Jatayujet_10 memboyong juara pertama pada divisi Racing Plane. Bagus menilai, peningkatan terjadi karena improvisasi desain dan wahana daripada tahun sebelumnya. “Selain itu, kami juga berupaya mengembangkan strategi untuk teknik control system,” ungkap mahasiswa Drepartemen Teknik Mesin ITS tersebut.
Pada Racing Plane, terdapat pembagian jobdesk. Divisi mekanik bertugas melakukan proses manufaktur. Divisi elektronik melakukan penataan elektronik yang digunakan. Divisi Ground Control Station (GCS) melakukan pengaturan pada misi wahana itu sendiri. “Di sini, divisi elektronik paling krusial karena menentukan performa dari robot tersebut,” paparnya.
Pada divisi VTOL, tim Bayucaraka ITS mendapatkan juara Best Design sekaligus juara 2. Tim Soeromiber, nama divisi ini, harus bertanding dalam ruangan dan tidak diperkenankan menggunakan Global Positioning System (GPS), sehingga wahana harus dilakukan dengan image processing atau full program. Pada divisi VTOL, tim Soeromiber diminta meletakkan beban secara akurat pada titik yang ditentukan meskipun terdapat obstacle atau rintangan.
Secara performa, Bagus menilai terjadi peningkatan signifikan secara riset di divisi VTOL tahun ini. Timnya mampu melakukan misi menggunakan image processing. Namun, jika dilihat dari posisi dan kecepatan, tim Soeromiber mengalami selisih tipis dari tim lawan. “Meski begitu, kami cukup puas karena bisa unggul secara konsisten dan sempurna di setiap tahapan,” tutur pemuda asal Depok tersebut.
Tim Bayusuta yang mewakili divisi TD berhasil meraih predikat pada tiap subdivisi lomba. Kali ini, tim Bayusuta berhasil menorehkan juara ketiga pada TD Air Frame Innovation. Pada TD Propulsion System, ITS mengalami peningkatan gelar menjadi juara kedua. “Pada divisi Propulsion System, robot Bayusuta diuji dari kemampuan motor dalam melakukan gaya dorong, daya arus, hingga tekanan saat motor bekerja secara maksimal,” terang Bagus.
Tim Bayusuta juga mendapatkan juara harapan pertama pada TD Flight Controller. Pada kategori ini, tim melakukan pengembangan dari tahun sebelumnya dengan membuat modul untuk drone dan merencanakan semua penggunaan sensor.
Perolehan gelar serupa juga mereka dapatkan pada subdivisi TD GCS. Pada GCS, tim diminta membuat GCS box dan aplikasi dalam bentuk website.
Di divisi TD Flight Controller, tim Bayusuta membawa inovasi propeller menggunakan limbah puntung rokok dengan metode injection molding. Namun, Bagus menilai inovasi tersebut kurang optimal. Saat pengujian menggunakan wahana, motor terus bergetar dan patah di udara karena tak mampu menahan pembebanan tinggi akibat vibrasi. “Ke depan, kami harus mengatur strategi agar dapat menghasilkan motor lebih berkualitas,” ujarnya.
Pada divisi Fixed Wing, tim Anaryadirga yang mewakili cukup puas karena meraih juara harapan satu. Kalau, tahun sebelumnya, hanya mampu menyelesaikan misi. Pesawat besutan tim ini harus terbang 5 kilometer untuk melakukan pemetaan udara, dropping, dan monitoring. Selain itu, pesawat pada divisi ini dituntut untuk menjatuhkan satu paket kecil 5x5x5 cm pada zona yang ditentukan dan kemudian kembali ke tempat take off.
Menurut Bagus, timnya mengalami kendala akibat pandemi Covid-19 sehingga sempat kesulitan melakukan riset. Di samping itu, kurangnya kesiapan dalam mempelajari Standard Operational Procedure (SOP) juga menjadi kendala dalam melakukan kompetisi. “Jadi terdapat satu divisi yang kami rasa SOP-nya kurang, sehingga saat lomba performanya juga ikut menurun,” aku Bagus.
Meski begitu, Bagus mengaku cukup puas dengan prestasi tim Bayucaraka pada KRTI 2021 ini. Ia merasa kesiapan tim dalam menghadapi kompetisi ini cukup baik. Namun, ia berharap adanya perbaikan di tahun mendatang khususnya saat presentasi dan meeting bersama para juri. “Ke depan, kami menargetkan juara umum seperti halnya tahun lalu dan bisa terus bertarung di kompetisi bergengsi lainnya.” (Erchi Ad’ha Loyensya)