Oleh: Moh. Husen*
mepnews.id – Suatu hari saya mampir ke kantor seorang pengacara yang sedang membuat draft gugatan bersama rekan-rekannya.
Pengacara yang saya temui ini sekaligus pimpinan redaksi media online. Kami ngobrol kesana-kemari. Terutama tentang keangkuhan manusia ketika kaya dan berkuasa.
Hingga dari bilik ruang kerja, muncul seseorang yang menyerahkan draft gugatan yang baru saja diketik untuk diperiksa.
“Tolong Sampeyan baca dulu. Barangkali ada yang salah ketik,” kata si pengacara dari ruang kerja.
Cukup dilihat begitu saja, pengacara plus pimred ini segera menemukan beberapa hal yang salah ketik.
Dibetulkan lagi draft gugatan itu hingga beberapa kali. Ya, salah ketik kecil-kecilan. Habis titik atau koma lupa di-spasi. Termasuk huruf besar dan kecil. Serta tanda penghubung yang tak perlu di-spasi.
Rupanya Pak Pengacara ini peka prihal titik koma. Belum lagi, umpamanya, penulisan firal yang semestinya viral. Atau video malah tertulis vidio.
Saya jadi ngeri. Soalnya saya juga hobi corat-coret menulis sekenanya. Salah ketik dengan tidak tahu memang bisa beda tipis. Apalagi sengaja ngawur.
Seorang teman berseloroh: “Masak guru Bahasa Indonesia nulis viral saja firal. Nulis video jadi vidio. Mbok ya punya kepekaan sedikit dong, bahwa nulisnya tidak gitu, hehehehe…”
Dulu, saat masih jaman warnet, kalau tulisan sudah di-print, kemudian sampai rumah baru tahu kalau ada yang salah ketik, terkadang meskipun capek, saya mesti balik lagi ke warnet untuk membetulkan satu dua huruf salah ketik itu.
Ah, soal salah ketik, jangan terlalu serius. Tapi juga jangan terlalu digampangkan begitu saja. Apalagi salah ketik dalam menulis nominal honor. Ini yang susah.
Kalau baca berita, salah titik komanya, kita mungkin masih bisa tersenyum. Tapi kalau salah tulis titik komanya honor, pak bos di kantor bisa hipertensi diam-diam.
Seorang penikmat kopi hitam menasehati: “Menulislah sembari baca-baca. Kalau salah ketik, segera perbaiki. Menulislah lagi. Salah ketik lagi, segera perbaiki. Lama-lama akan peka dengan sendirinya. Jangan terlalu mempersulit diri. Ayo, segera menulis. Jangan takut salah ketik…”
Banyuwangi, 23 Oktober 2021
*Penulis buku Obrolan Lockdown. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi.