mepnews.id – Pandemi COVID-19 masih berlangsung. Bahkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan masyarakat harus hidup berdampingan dengan virus ini 5 hingga 10 tahun lagi. Penyebarannya tak pandang bulu. Selain masyarakat biasa, tenaga kesehatan juga turut terpapar. Tak pelak, banyak instansi menyelenggarakan perekrutan relawan tenaga kesehatan COVID-19.
Empat Srikandi Universitas Airlangga menjadi relawan di ruang isolasi COVID-19 RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo, Bojonegoro. Mereka adalah Dian Riani, Dewi Novita Sari, Dinna Alvia Novita, dan Rizkika Putri Silvia, mahasiswa semester 6 prodi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi.
Dinna mengungkap alasan menjadi relawan COVID-19 adalah ia merasa tidak boleh berdiam diri dan harus berkontribusi dalam krisis ini. “Banyaknya tenaga kesehatan yang harus isolasi mandiri hingga gugur akibat COVID-19 membuat beberapa rumah sakit kewalahan menghadapi pandemi. Saya tidak boleh diam saja.”
Selaras dengan Dinna, tiga temannya punya tekad kuat turut berperan aktif dalam penanganan pandemi.
Dian, Dewi, Dinna, dan Rizkika tidak memiliki kesulitan berarti saat menjalankan tugas di ruang isolasi COVID-19. Selama perkuliahan, mereka telah dibekali ilmu teori dan praktik yang mumpuni. Pengalaman kerja lapangan di rumah sakit juga menjadi bekal bagi mereka untuk merawat pasien di ruang isolasi COVID-19.
“Kegiatan yang dilakukan umumnya sama seperti praktik kerja lapangan sebelumnya. Antara lain memeriksa tanda-tanda vital, memeriksa EKG, memberikan obat, observasi pasien dan sebagainya. Yang membuat berbeda hanya penggunaan APD level 3,” ucap Dian.
Dinna menambahkan, mereka juga memberikan pendampingan kepada pasien. “Pasien bisa saja tiba-tiba mengalami kondisi saturasi oksigen yang turun drastis sehingga membutuhkan observasi mendalam. Pasien juga butuh pendampingan dan semangat karena seorang diri tanpa keluarga menemani di ruang isolasi.”
Meski di ruang isolasi memiliki risiko tinggi terpapar COVID-19, empat srikandi ini tak gentar. “Ini kewajiban kami untuk mengabdikan diri. Yang pasti, APD sudah kami gunakan dengan baik. Tinggal bagaimana kami berhati-hati pada diri sendiri dan orang lain,” tutur Rizkika.
Setelah lebih dari sebulan mengabdikan diri di ruang isolasi COVID-19, tentu banyak pengalaman yang mereka dapat. Pengalaman paling menyedihkan adalah saat melihat pasien menyudahi perjuangannya di ruang isolasi COVID-19 dan lebih sehat. “Kalau pasien datang dalam keadaan baik-baik saja tapi tiba-tiba mengalami kritis dan meninggal, itu menjadi momen paling menyedihkan bagi kami. Tapi, kesembuhan pasien menjadi semangat kami untuk tetap sehat dan kuat,” jelas Dinna.
Empat srikandi ini berpesan, masyarakat jangan menganggap sepele pandemi COVID-19 dan segera memperbaiki diri. “Jangan mudah percaya terhadap berita hoax yang beredar. COVID-19 itu nyata. Jadi stop menyebarkan hoax bahwa COVID-19 hanya akal-akalan. Kami para relawan setiap hari mendengar tangisan orang yang kehilangan sosok yang dicintainya akibat terpapar COVID-19,” tutup Dinna. (*)