Ngobrolin Buku, Tembok dan Langit-langit

Oleh: Moh. Husen

mepnews.id – Hormat dan terima kasih saya tak terhingga kepada Pak Uki Bayu Sedjati yang alhamdulillah telah berkenan saya mohon memberikan sambutan secara virtual dalam bedah buku saya, Obrolan Lockdown, yang sudah dan akan dibedah untuk yang ketiga kalinya ini.

Pak Uki ini termasuk orang yang memotivasi saya menerbitkan buku pertama saya, Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Tidak Tega, tahun 2019. Dari beliau saya mengerti buku yang masih berbentuk dummy hingga beberapa tokoh yang berproses melalui penerbitan indie.

Sejak lama saya mengetahui Pak Uki ini sebagai sahabat karib Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) saat di Jakarta. Tentu dari info internet. Hingga pada acara Kemah Sastra di Banyuwangi tahun 2018, Pak Uki hadir dan di situ lah awal bertemu, berkomunikasi, ber-paseduluran Tangerang Selatan-Banyuwangi hingga sekarang.

Bedah buku Obrolan Lockdown yang ketiga ini akan diselenggarakan di rumah ustadz Elha ‘Lukman Hakim’ Abdillah di Genteng Banyuwangi. Beliau pengasuh Rumah Taklim Ababil dan komunitas Seed The One Nabi (STON).

Kalau boleh disebut sebagai pendakwah, jadwal dakwah beliau sudah ke mana-mana dan sejak lama. Termasuk setahu saya dari poster yang bertebaran di medsos, setahun belakangan ini beliau aktif rutin sebulan sekali menemani teman-teman Maiyah Banyuwangi sebagai narasumber mereka.

Buku saya ini sebenarnya “bukan buku”, melainkan sejak lama selalu saya niati sebagai media paseduluran bagi siapa saja yang bertemu dengan buku saya ini. Tidak ada niatan yang “aneh-aneh”, melainkan semoga bermanfaat bagi siapa saja yang berpapasan dengannya.

Secara sangat kecil, sekali lagi sangat kecil sekali, melalui menulis, saya senantiasa berusaha menangkap informasi dari Tuhan yang ada disekitar kita. Informasi Tuhan menyebar di mana-mana, tidak hanya di Quran, melainkan juga fil afaqi wa fi anfusihim, bertebaran di segala penjuru semesta juga di dalam diri sendiri. (QS. Fusshilat ayat 53).

Akan tetapi karena saya ini memang kotor, maka saya selalu gagal membaca lancipnya batu kerikil, lembutnya daun gugur, tenggelamnya matahari dan rembulan, hingga ketulusan penjual gorengan. Saya selalu abai dengan bangun tidur, telinga yang mendengar, mata yang melihat, paru-paru dan jantung yang normal serta lancarnya buang air kecil dan besar.

Dengan kata lain, kita memang harus menangkap ayat-ayat Tuhan yang ada di jalanan, di warung kopi, di hutan, di gunung, di laut, dan seterusnya. Tuhan sedang bilang apa melalui penjual kopi yang tanpa ambisi? Tuhan sedang bicara apa melalui hutan yang digunduli? Apa kira-kira kata Tuhan melalui fakta penguasa dholim panjang umur sedangkan pengabdi yang tulus segera dipanggil menghadap-Nya?

Boleh juga jika diteruskan: apakah semua fakta yang kita lihat sekarang ini seakan-akan Tuhan sedang bilang mengenai bukti nyata betapa bodohnya kita, dungunya kita, tulinya kita, pengecutnya kita, lemahnya kita, sok pintarnya kita, dan kita sedang sangat mantap yakin sekali menyangka dan percaya bahwa kita sama sekali tidak sedang tuli, dungu, pengecut dan bodoh?

Semoga dalam pertemuan di rumah Taklim Ababil nanti, Senin 3 Mei 2021, pukul 19.30 wib sampai selesai, kita semua dituntun Allah untuk membedah berbagai informasi dari-Nya melalui santai dan rileksnya ngobrolin buku, ngopi dan gorengan, senyuman, candaan, ketulusan, tembok-tembok, langit-langit, hingga Kitab Suci dan Cinta Nabi Muhammad Saw kepada kita semua.

Bismillah.

(Banyuwangi, 1 Mei 2021)

Facebook Comments

Comments are closed.