Terapi Gigi dengan Teknologi Laser Segera Diproduksi

mepnews.id – Dentolaser, instrumen medis berteknologi laser yang bisa digunakan para dokter gigi sebagai alat terapi gigi dan mulut, segera diproduksi secara massal. Ini terjadi setelah Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi Universitas Airlangga mempertemukan peneliti dengan pihak dunia usaha dunia industri pada Jumat 26 Februari 2021.

Pertemuan peneliti Dentolaser dengan PT Sarandi Karya Nugraha di Ruang Rapat Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN).

Pertemuan tersebut dihadiri Dr Muhammad Nafik Hadi Ryandono SE MSi, sebagai Ketua Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) dan pihak mitra industri, Presiden Direktur PT Sarandi Karya Nugraha, Isep Gojali.

Dentolaser dikembangkan peneliti dan dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Prof Dr Suryani Dyah Astuti MSi bersama tim peneliti yakni Prof Dr Ernie Maduratna Setyawati drg MKes SpPerio(K) dan Deni Arifianto SSi MT. Inovasi ini akan dikembangkan sebagai produk massal oleh PT Sarandi Karya Nugraha.

“Alat ini untuk terapi gigi dan mulut, seperti periodontitis, endodontis, atau semua penyakit yang disebabkan bakteri,” terang Prof. Ernie. “Selain untuk dokter gigi, Dentolaser juga bisa digunakan dokter umum, terutama penyakit kulit, seperti jerawat atau untuk ulkus diabetik.”

Menurut Prof. Dyah, produk ini harus segera diproduksi massal karena sudah keluar di e-katalog. Tim peneliti Unair dan PT Sarandi Karya Nugraha akan berkoordinasi lebih intens untuk produksi massal. Semua proses sertifikasi selesai dan sekarang dilanjutkan proses transfer teknologi ke industri.

“Meskipun saat pengajuan sertifikat, hak ijin edar dan ijin produksi, hal itu sudah dituliskan, kan proses produksi tetap harus melalui transfer teknologi. Jadi, hari ini kami membicarakan proses transfer teknologi dari Unair ke pihak industri,” jelasnya.

Prof. Dyah menambahkan, pihak Unair akan melakukan produksi rangkaian elektronik sebagai inti atau otak dari instrumen tersebut. Proses assembling, casing, dan packaging dilakukan PT Sarandi Karya Nugraha.

Isep, mewakili PT Sarandi Karya Nugraha,  berharap kerjasama ini berlanjut di masa depan sehingga memberi banyak manfaat ke masyarakat luas. “Jadi, kita bisa membantu dokter gigi, ada manfaatnya buat masyarakat. Ini kan sudah layak jual, sudah registrasi.”

Isep menjelaskan, produksi masal akan dilakukan secepatnya. Sebagian prosesnya akan dilakukan di Unair sehingga prosesnya dapat digunakan untuk teaching industry.

Mass production-nya kerja sama antara Unair dan PT Sarandi. Assembling rangkaian elektroniknya dilakukan di Unair, sekaligus dapat digunakan untuk teaching industry agar mahasiswa juga bisa belajar tentang industri dan wirausaha,” terang Isep.

Prof. Ernie menambahkan, nantinya akan ada kerja sama dengan berbagai asosiasi dokter seperti IPERI dan PDGI sebagai target pengguna produk tersebut. “Dentolaser memang fokusnya ke dokter gigi, meskipun juga bisa dipakai untuk penyakit kulit,” ungkapnya.

Dentolaser mulai dikembangkan tahun 2015. Saat itu, Dyah, Ernie dan tim mengikutsertakan produk penelitiannya dalam program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).

Sebelum ada produk Dentolaser, biasanya para dokter gigi mengobati penyakit gigi dan mulut dengan menggunakan antibiotik. Karena antibiotik bisa mengakibatkan resisten, maka produk Dentolaser ini memiliki keunggulan tersendiri, yakni tidak menimbulkan resistensi, dan bisa menjangkau tempat-tempat sulit di rongga mulut. (*)

 

 

Facebook Comments

Comments are closed.