MEPNews.id – Tercium aroma cabe yang sangat tajam di salah satu gedung di sisi selatan Pelabuhan Palipi, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene di Sulawesi Barat. Aroma itu berasal beberapa karung cabe yang diolah untuk menjadi sambal.
Di salah satu sudut, Candra menggoreng cabe di wajan berdiameter 80 sentimeter. Candra, yang biasanya menyiapkan makanan untuk kapal pinisi Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), mendapat tugas tambahan sebagai juru masak dapur umum bagi pengungsi gempa.
Bukan hanya Candra, ada juga chef Hidayat dari Makassar. Mereka dibantu belasan ibu-ibu warga sekitar pelabuhan. Mereka, pada Sabtu (23/01), memasak cap cay di pos Dapur Umum di Pelabuhan Palipi tempat RSTKA sandar untuk memberikan berbagai layanan.
“Saya siapkan sambal untuk lebih dari 700 porsi,” kata Candra sambil menggoreng cabe. “Ini banyak cabe. Sambal kan awet. Kalau cabenya nggak habis hari ini, bisa dipakai untuk besok.”
Selain memberikan pelayanan medis, RSTKA juga menyediakan dapur pengungsi. Setiap hari, disediakan sekitar 700 nasi bungkus.
Data di lapangan dari posko tanggap darurat bencana gempa PMI menunjukkan, ada 3.000 KK pengungsi yang tersebar di 11 desa dan kelurahan di Majene. Sementara, hanya ada satu dapur umum di desa Totolisi di Kecamatan Sendana.