Memborong Sembako untuk Gempa Sulbar

Oleh: Teguh W. Utomo

MEPNews.id – Ketika menjadi relawan, kita harus siap melakukan tugas apa pun. Bahkan, harus siap mengerjakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan. Ya, saat menjadi bagian dari relawan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA), saya mendadak ikutan memborong sayur dan bahan makanan untuk dapur umum. Ini baru pertama kali saya lakukan.

Pada Jumat 22 Januari 2021, saya mendapat kabar kapal pinisi RSTKA dibolehkan berangkat meninggalkan pelabuhan Paotere di Makassar karena cuaca sudah membaik. Tentu saja saya dan seluruh relawan jadi lega. Penantian dua hari sudah terjawab.

Karena ada waktu ekstra, dr Agus Harianto SpB selaku direktur RSTKA, menyiapkan layanan tambahan berupa dapur umum. Maka, segera dilakukan aksi belanja skala besar di Makassar.

Saya bersama relawan Afin, Wahyu, dan Rizki berangkat ke pasar naik mobil bak terbuka. Awalnya, saya kaget. Di tempat tinggal saya di Surabaya, naik bak terbuka mobil itu dilarang. Tapi, tampaknya tidak berlaku di Makassar. Di jalan, saya lihat beberapa polisi di jalan, namun mobil kami lanjut jalan.

Kami diantar ke Pasar Kalimbu di Jalan Veteran Utara. Ini seperti pasar induk yang jual apa saja. Gedung pasar aslinya ada di dalam kampung, namun pedagang meluber sampai di jalan raya. Bahkan, kalau pagi, pedagang memarkir mobil berisi hasil bumi untuk dijual langsung pada pembeli atau pedagang lain.

Teman-teman datang ke pedagang yang paling dekat dengan lokasi parkir mobil. Beli lombok sekarung, beli kentang tiga karung, beli tomat dua karung, beli wortel dua karung, kubis dua karung, beli daun sereh dua ikat besar, beli bawang tiga karung, beli minyak, kecap, saus, dan lain-lain.

Karena tak pandai menawar, saya hanya membantu angkat-angkat. Memang ada yang membantu mengangkut sayur dengan gerobak dorong roda satu. Namun, tetap saja masih ada beberapa barang yang saya harus tenteng ke mobil.

Tak pelak, bak belakang mobil penuh dengan aneka sayur, minyak goreng, dan lain-lain. Usai memborong sembako, kami masih harus belanja blender, panci, gentong plastik, dan lain-lain di tempat lain. Bak mobil yang sudah penuh jadi makin penuh. Sampai-sampai, nyaris tak ada ruang bagi saya dan Rizki untuk duduk.

Sampai di situ? Tentu tidak. Karena kapal tidak bisa sandar merapat di dermaga, maka menurunkan barang bukan hal gampang. Dari dermaga, masih ada satu kapal lagi yang harus dilewati sebelum sampai ke RSTKA.

Maka, semua belajaan diturunkan dulu dari mobil ke dermaga. Kemudian, satu-persatu barang diimbal ke kapal yang sandar tepat di samping dermaga. Kemudian, dimbal lagi ke RSTKA. Tak urung, para relawan harus cukup berkeringan karena angkat-angkat berat.

Facebook Comments

Comments are closed.