Smart Charging Station Ramah Lingkungan

MEPNews.id – Meningkatnya jumlah kendaraan listrik di masa depan tentu meningkatkan kebutuhan charging station. Tiga mahasiswa dari Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Sistem dan Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang smart charging station sebagai suplai energi listrik ramah lingkungan.

Puguh Pambudi

Ketiganya adalah Puguh Pambudi, Valiant Tirta Amarta, dan Pebiria Vorenza yang tergabung dalam tim Ancharg. Menurut Puguh, ketua tim, inovasi ini diangkat dari banyaknya kebutuhan charging station saat ini namun yang ada masih bersumber pada Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Sedang 55 persen sumber listrik PLN dari batu bara,” ungkap Puguh.

Oleh karenanya, charging station yang ada memerlukan inovasi pembaruan yang lebih ramah lingkungan. Mereka melihat kondisi mana yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan. “Kami akhirnya memilih energi matahari, untuk nantinya kami jadikan charging station bertenaga panel surya,” ujar mahasiswa asal Tuban ini.

Pemilihan energi matahari ini didasarkan oleh Indonesia yang merupakan negara agraris dengan radiasi matahari cukup, sekitar 1.800 kWh/m2/tahun. Menurut Puguh, harga Pembangkit Listrik Tenaga

Pebiria Vorenza

Surya (PLTS) juga lebih murah yakni 35 persen dari harga listrik produksi PLN

Jika suplai energi matahari tidak mencukupi akibat cuaca, ia dan tim sudah menyiapkan bahan energi cadangan. Yakni biomassa dari limbah pertanian yang nantinya digunakan generator dual fuel untuk menyuplai listrik charging station. “Sebab limbah pertanian di sejumlah daerah di Jawa Timur cukup melimpah,” ucapnya.

Lebih lanjut, Puguh menambahkan bahwa terdapat sekitar kurang lebih 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya. Hal ini menjadikan peluang tersendiri bagi timnya untuk memanfaatkan potensi yang dihasilkan dari biomassa tersebut sebesar 49,81 GW.

Valiant Tirta Amarta

Mahasiswa Departemen Teknik Mesin ini menjelaskan, smart charging station buatan timnya ini nantinya akan memanfaatkan panel surya untuk mengambil secara langsung sinar matahari. “Selanjutnya energi panas yang dikumpulkan panel surya akan disimpan dalam baterai,” tuturnya.

Selanjutnya, untuk smart charging station berbahan biomassa prosesnya melalui pengolahan limbah pertanian di dalam gasifier (alat pengubah biomassa menjadi gas). “Nantinya, hasil olahan tersebut digunakan untuk menggerakkan genset, sehingga dapat menghasilkan listrik,” paparnya.

Mahasiswa semester lima ini juga menuturkan, smart charging station rancangan mereka semakin unggul dengan penerapan prinsip terbarukan dan ramah lingkungan. Hal ini dapat terlihat dengan pemanfaatan bahan untuk energi listrik berasal dari cahaya matahari dan pemanfaatan limbah pertanian yang diolah dalam bentuk biomassa. “Sehingga energi yang kami gunakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara nasional atau biasa disebut Zero Carbon Pollution,” imbuhnya.

Berbuah manis, jerih payah mereka ini juga telah berhasil membawa prestasi. Smart charging station rancangan tim Ancharg ITS ini telah berhasil meraih juara ketiga pada Lomba Karya Tulis Ilmiah EBOTEC.10, Oktober lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh HMIE Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, tim Ancharg berhasil mengungguli enam finalis lainnya dari perguruan tinggi nasional.

Ke depannya, tim bimbingan dosen Teknik Mesin ITS Alief Wikarta ST MSc Eng PhD ini berharap, rancangan mereka tidak sekadar tuntas di perlombaan dan sekadar inovasi desain 3D. Puguh berkeinginan, inovasi yang mereka gagas dapat diimplementasikan secara riil di Indonesia. “Saya harap, smart charging station yang kami buat mampu mengatasi kebutuhan charging station di masa transisi dan dapat mengurangi dampak lingkungan yang jelek di Indonesia,” pungkasnya penuh harap. (bob/HUMAS ITS)

Facebook Comments

Comments are closed.