MEPNews.id – Kontribusi tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di ranah COVID-19 membuahkan prestasi. Berkat ide berjudul Rancang Bangun Integrated Smart and Sustainable Container Hospital sebagai fasilitas karantina pasien, Tiksna Falcata Team meraih Gold Medal pada kategori Physics and Engineering di ajang Young National Scientist Fair (YNSF) 2020.
Tim dari Departemen Teknik Fisika angkatan 2017 ini beranggotakan Robert Ciputra Hermantara, Handy Suryowicaksono, Syaharussajali, Akbar Anugrah Putra, Aulia Rayimas Tinkar dan Bagas Hani Pradipta. Ide mereka berangkat dari masalah bertambahnya jumlah orang yang terjangkit COVID-19 sehingga rumah sakit maupun fasilitas kesehatan mengalami kelebihan kapasitas.
Robert Ciputra Hermantara, selaku ketua tim, mengatakan over capacity itu membuat banyak pasien tidak tertangani dengan baik dan tingkat penularan virus semakin tinggi. “Ide kami memanfaatkan sifat portable dari kontainer sehingga mudah dipindahkan, dan kami lengkapi fitur smart system.”
Ada beberapa fitur ruang isolasi dan pembatasan fisik di dalamnya yang sudah disesuaikan standar dan protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Fitur ini aman digunakan sebagai fasilitas karantina. “Harapannya, rumah sakit kontainer cerdas ini dapat menjadi solusi permasalahan over capacity,” imbuhnya.
Rancangan ini mempunyai desain rumah sakit berkapasitas 25 kontainer. Masing-masing kontainer terdiri dari dua ruang pasien beserta toilet masing-masing, dan satu control room untuk tenaga yang medis memonitor kondisi pasien. Lalu ada bangunan kontainer.
Robert menjelaskan, adanya Human Machine Interface (HMI) di control room berfungsi bagi tenaga medis atau operator terkait untuk melakukan pengendalian dan monitoring kondisi bangunan kontainer. Antara lain mengontrol temperatur, kelembaban, pencahayaan, penggunaan energi, maupun monitoring kondisi pasien.
“Selain di ruang kontrol, pihak rumah sakit dapat melakukan monitoring kondisi bangunan dan info pasien melalui aplikasi yang dihubungkan secara langsung dengan gawai terkait,” papar mahasiswa yang juga menjadi anggota Tim Barunastra ITS ini.
Robert menjelaskan kelebihan container hospital. Rancangan ini lebih concern ke pembatasan fisik dengan penggunaan isolation box dalam kamar pasien dan teknologi smart system yang mengandalkan sensor dan alat medis yang dipasang pada pasien maupun bangunan kontainer. “Cukup mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan pasien melalui control room maupun aplikasi di gawai,” ungkapnya.
Robert mengaku ada beberapa kendala saat merancang container hospital ini. Salah satunya, tim sulit berkomunikasi dan hanya mengandalkan aplikasi konferensi video karena kondisi pandemi saat ini. Untungnya, ada beberapa anggota yang kebetulan di Surabaya dan bisa berkoordinasi secara langsung. “Paling sering secara keseluruhan kami tetap menggunakan sistem daring untuk berdiskusi,” tuturnya.
Untuk mengatasinya, lanjut Robert, timnya menerapkan sistem kerja yang terjadwal dan terbagi tiap minggunya dan dievaluasi tiap minggu. Jadi semacam logbook. Semua anggota tim mengerti dan dapat melihat job desk apa saja yang akan dilakukan di minggu tersebut. “Dalam seminggu, kami melakukan 2-3 kali rapat untuk progress dan evaluasi progress,” sambungnya.
Pada ajang ini, selain mengumpulkan paper dan presentasi di depan juri, tim Tiksna Falcata juga mengirimkan dua perwakilan yaitu Handy Suryowicaksono dan Syaharussajali untuk didaftarkan. “Namun, pengerjaan dari awal hingga akhir oleh seluruh anggota tim dengan tugas masing-masing,” terang Robert lagi.
Robert mengungkapkan, walaupun pesaing dari perguruan tinggi negeri hebat lainnya, timnya tetap percaya diri dan optimistis. “Dengan (seperti) itu, kami akhirnya juga berhasil mendapatkan Special Awards yang akan membawa kami untuk lanjut berkompetisi di Malaysia,” ujarnya.
Harapannya, tim Tiksna Falcata dapat menyempurnakan kembali karyanya, dan menambahkan fitur-fitur yang mempermudah pekerjaan tenaga medis serta meningkatkan keamanan tenaga medis maupun pasien. “Mungkin juga dari pihak pemerintah dapat menjadikan ide kami sebagai referensi dan solusi dalam memitigasi kasus pandemi Covid-19 ini,” katanya berharap.
Di akhir, Robert menambahkan, semoga karya timnya ini dapat menginspirasi teman-teman lainnya, juga pelajar di seluruh Indonesia. “Semoga teman-teman dapat berkarya dan terus berinovasi dalam kondisi apapun, meskipun hanya dari rumah,” pungkas Robert.
karya ini juga mendapatkan MIICA Special Award Road to IIIC 2020. (HUMAS ITS)