Oleh: Teguh Wahyu Utomo
MEPNews.id – Sejak merebak pada Desember 2019 dari kota Wuhan di Cina, saat ini virus baru Corona sudah menyebar di berbagai penjuru dunia. Data terakhir Covid-19 (penyakit yang disebabkan virus Corona baru 2019) pada 2 April 2020, penyebarannya sudah di 200 negara dan teritori di berbagai penjuru dunia. Total, terjadi lebih dari 937.000 kasus, lebih dari 47.200 meninggal dan lebih dari 194.000 sembuh.
Ini bukan pertama kalinya pandemi pernafasan menyerang dunia. Pada 1997, dunia termasuk Indonesia dihebohkan virus avian flu (yang diterjemahkan kasar sebagai flu burung). Pada 2002, ada wabah SARS yang juga menyerang. Pada 2009, dunia digegerkan wabah flu babi. Itu belum termasuk wabah yang menyerang bagian tubuh lain atau yang berlangsung puluhan atau ratusan tahun lalu.
Dari sudut pandang theologis, kita bisa yakini bahwa sehat, sakit, mati, dan sembuh itu sudah jadi bagian dari takdir Tuhan. Saat virus bertebaran dan begitu mudah masuk saluran pernafasan, ada orang tertentu yang ‘seolah-olah’ beruntung karena tidak tertular virus atau jatuh sakit. Padahal, sebenarnya orang itu belum diizinkan Tuhan untuk sakit.
Dari sudut pandang praktis, kita harus paham bahwa peluang terkena virus itu cukup tinggi. Langkah-langkah yang perlu disiapkan adalah secara internal memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga sigap beroperasi begitu ada virus masuk. Dari sisi eksternal, sedapat mungkin hindari peluang tertular virus.
Untuk memperkuat kekebalan tubuh, kita butuh pikiran yang tenang, mental yang siap, dan sistem imun yang bagus. Ketenangan bisa kita dapatkan dengan meningkatkan keimanan pada Tuhan, menambah informasi tentang penyakit, dan memahami cara penanganannya. Sistem imun bisa dibaguskan jika tubuh cukup istirahat, produksi sel-sel darah putih lancar, serta dapat asupan vitamin-C dan zat-zat tertentu lainnya. Ini bisa didapatkan dari buah-buahan, teh, serta rempah-rempah.
Untuk menghindari peluang terserang virus, ya jangan dekat-dekat sumber virus. Jika berada di luar kawasan wabah, jangan memasukinya biar tidak tertular. Bila berada di dalam kawasan wabah, jangan keluar karena bisa menulari orang lain. Jika terlanjur ada di dalam kawasan wabah, maka lindungi diri jika belum sakit atau jika sakit segera jalani perawatan dengan baik dan optimislah untuk sembuh.
Jika tidak tahu berada di kawasan wabah atau tidak, tetaplah tenang sekaligus waspada. Jangan panik. Ingat, kepanikan hanya memperburuk keadaan diri sendiri dan keadaan orang lain. Banyak contoh orang rebutan beli masker dan sanitizer. Masker dan sanitizer berlebihan itu tidak efisien untuk diri sendiri, dan justru membuat orang lain yang benar-benar membutuhkan jadi tidak kebagian. Ingat, orang panik justru kekebalan tubuhnya gampang menurun karena pikirannya tidak tenang.
Waspada? Itu harus. Virus itu sangat kecil, berukuran nano, sehingga tidak bisa terdeteksi panca indera kita. Alat bantu dengan teknologi tercanggih pun tidak bisa mendeteksi virus di alam bebas. Yang bisa terdekteksi adalah saat tubuh sudah terinfeksi. Tanda-tandanya antara lain suhu panas meningkat, keluar ingus, dan gejala lain seperti flu pada umumnya.
Gerakan bersih-bersih, antara lain rajin membersihkan tangan, membersihkan lingkungan, membersihkan fasilitas umum, itu tepat untuk berjaga-jaga. Selain menunjukkan keimanan, bersih-bersih juga baik untuk kesehatan kita dalam menghadapi virus.
Yang juga perlu disadari, wabah itu salah satu upaya alam untuk beristirahat dan memaksa manusia mengurangi aktivitas. Setelah wabah berlalu, alam memberikan keseimbangan dan manusia mengikutinya.
Sejauh ini, alam cukup ramah pada manusia. Dalam sejarah, ada banyak wabah. Ada wabah Black Death di Eropa yang menjalar hingga berbagai penjuru dunia, wabah flu Spanyol, pes dan lain-lain. namun manusia tidak punah. Tidak seperti dinosaurus yang entah kenapa tiba-tiba lenyap.
Penulis adalah praktisi media yang suka berbagi informasi, motivasi dan inspirasi. Bisa dijenguk di cilukbha@gmail.com, facebook@teguh.w.utomo, atau instagram@teguh_w_utomo.