MEPNews.id – Airlangga Education Expo Universitas Airlangga (AEE UNAIR) 2020 hari kedua, Sabtu 22 Februari di Airlangga Convention Center, berlangsung meriah. Direktur Kemahasiswaan (Dirmawa) UNAIR, Dr M. Hadi Subhan SH CN hadir mengisi Talk Show mengenai beasiswa dan bidikmisi di UNAIR. Ribuan pelajar SMA antusias mengikuti acara.
Hadi menuturkan, UNAIR menyediakan beragam beasiswa. Sekitar 7000 mahasiswa UNAIR mendapatkan beasiswa lebih dari 50 lembaga. Jumlah tersebut hampir 30 persen dari total mahasiswa UNAIR. “Jadi, jangan khawatir nanti kalau lulus di UNAIR namun tidak kuat membayar SPP. Pasti ada jalan.”
Ada dua jenis bantuan pendidikan yaitu berbasis Bidikmisi dan Beasiswa. Hadi menjelaskan, Bidikmisi merupakan bantuan pendidikan yang tidak termasuk ke dalam jenis beasiswa. Bidikmisi tidak diseleksi berdasarkan prestasi, namun berdasarkan kondisi ekonomi calon mahasiswa baru (camaba).
“Bidikmisi diberikan kepada mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Sedangkan beasiswa lebih difokuskan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi di kampus,” jelasnya.
Di UNAIR, Bidikmisi kemungkinan besar selalu ada. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap tahun UNAIR bahkan kekurangan kuota penerima bidikmisi. Dari 1050 kuota, hanya 800-an mahasiswa yang mendapatkan bidikmisi. Jadi, ada 250 slot kuota kosong.
“Bidikmisi di UNAIR sangat terbuka lebar. Tiga tahun terakhir, kuota Bidikmisi di UNAIR tidak terpenuhi. Jadi kadang sampai nyari nyari mahasiswa,” tuturnya.
Kualifikasi untuk penerima bidikmisi antara lain, penghasilan orang tua yang rendah. Untuk penghasilan keluarga, lanjutnya, apabila dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga tidak boleh sampai Rp. 700,000.
“Seperti misalnya buruh tani, kuli dan lain-lain. Untuk PNS golongan III dan IV, tidak bisa mendaftar Bidikmisi. Sedangkan untuk PNS golongan I dan II masih dipertimbangkan mendapatkan bantuan bidikmisi,” jelasnya.
Hadi menjelaskan prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan bidikmisi. Pertama, camaba harus mendaftar bidikmisi terlebih dahulu, yang saat ini berganti nama menjadi KIP Kuliah. “Jika belum memiliki KIP, masih ada kesempatan mendaftar KIP Kuliah hingga akhir Maret tahun ini,” tuturnya.
Hadi juga menjelaskan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). PPA kuotanya besar, yakni sekitar 1500 mahasiswa. “Syaratnya utama adalah nilai minimum IP (Indeks Prestasi) 3,00. Jadi harus kuliah dulu,” tambahnya.
Hadi berharap mahasiswa lebih aktif. Apa lagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan “Merdeka Belajar”. Artinya, belajar tidak hanya di ruang kelas, namun juga bisa di luar kelas bahkan di luar kampus.
Hadi menyarankan kepada mahasiswa untuk tidak terlalu mengkhawatirkan masalah UKT. Untuk mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, ada 6 jenjang UKT. Jika mahasiswa bisa membuktikan dia benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu, maka mahasiswa tersebut bisa mengajukan keringanan UKT.
“Jadi, tidak perlu khawatir. Meskipun nanti luput dari bidikmisi, namun bisa membuktikan diri benar-benar tidak mampu, pasti bisa kena UKT rendah,” tutupnya. (*)