Meski Diduga Sebabkan Resistensi, ARV Efektif Sembuhkan HIV/AIDS

MEPNews.id – Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia terus mengalami kenaikan jumlah penderita HIV (virus penyebab penurunan kekebalan tubuh yang bisa menyebabkan AIDS). Maka, penelitian mengenai infeksi HIV penting dilakukan. Salah satunya penelitian mengenai resistensi obat Antiretroviral atau ARV yang diberikan pada penderita HIV/AIDS.

Prof Dr Nasronudin, SpPD, KPTI-FINASIM

Penelitian ini sangat penting. Dalam penelitian ini, kami mencoba mengumpulkan informasi terkait resistensi obat sebelum muncul gejala klinis di masyarakat,” ucap Prof. Dr. Nasronudin, Sp.PD.,KPTI-FINASIM, selaku anggota tim peneliti.

Penelitian tersebut mengambil sampel darah pasien HIV AIDS. Dua kelompok pasien diambil sampel darahnya. Pertama, pasien terinfeksi HIV yang belum mendapatkan obat ARV sama sekali (pasien naïf). Kedua, pasien yang telah mendapatkan obat ARV selama enam bulan atau lebih.

“Dua-duanya kami periksa untuk ditentukan dan diprediksi ada tidaknya resistensi. Yang belum atau yang sudah mendapat ARV, kami periksa,” kata direktur rumah sakit Universitas Airlangga (UNAIR) itu.

Penelitian menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR), dengan cara memperbanyak DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Kemudian, dianalisis menggunakan teknik sequencing atau pengurutan DNA. Hasilnya menunjukkan tidak ada mutasi primer yang terdeteksi. Sementara mutasi sekunder terdeteksi pada 5% dari seluruh jumlah sampel.

“Memang terdapat mutasi. Tapi, mutanya tidak mayor (besar), hanya minor. Disimpulkan, mutasi masih sangat sedikit dan pengobatan ARV di Indonesia masih sangat efektif,” terangnya. “ARV masih berpotensi mengangkat kualitas hidup pasien HIV maupun pasien AIDS.”

Prof. Nasron juga menjelaskan, tata kelola infeksi HIV antara lain adalah obat yang diberikan dapat diterima pasien, tidak menimbulkan efek samping. Kemudian, obat memiliki kemampuan menyembuhkan yang bagus sehingga kondisi klinis pasien membaik. Secara virologi, jumlah virus dari waktu ke waktu semakin menurun.

Pada  pasien AIDS stadium empat, rata-rata ada 100 ribu virus per cc darah tubuhnya. Bila mengonsumsi ARV kombinasi secara teratur selama enam bulan, kondisinya akan menjadi 50 virus per cc darah. Jika dilanjutkan sampai dua tahun, jumlah virus menjadi 5 virus per cc darah.

Hanya saja, manusia memiliki kurang lebih 5000 cc darah. Meski sudah tersisa 5 virus per cc darah, jumlah itu masih tetap tinggi dan tetap berpotensi menular pada pihak lain. “Tapi, tentu saja, 5 virus per cc darah itu jauh lebih rendah dibanding 100 ribu virus per cc darah,” kata Prof. Nasron. (HUMAS UNAIR)

Facebook Comments

Comments are closed.