MEPNews.id – Di dunia pendidikan formal, dengan model sistem persekolahan. Penguasaan pada keterampilan berbahasa yang empat jenis itu yakni mendengar, membaca, berbicara, lalu menulis adalah kebutuhan paling dasar.
Lebih khusus bila konteksnya adalah belajar di sekolah sebagai sesuatu yang dianggap sebagai lingkungan ideal menuntut ilmu. Maka, roh belajar di situ adalah menguasai empat keterampilan berbahasa tersebut. Tanpa bekal penguasaan pada keempatnya tentu akan susah. Sehingga siswa akan kesulitan menerima materi.
Di sekolah semua keterampilan itu dilatihkan, diajarkan, bahkan dibudayakan kepada para siswa. Untuk mencapai tujuan ini pasti tidak gampang. Perlu upaya sabar dan tekun melewati serangkaian proses dengan bingkai konsistensi tingkat tinggi.
Siswa di sekolah sebagai anak didik tentu penting bagi mereka untuk tahu, mereka harus bisa, mereka perlu terampil, bahkan kelak mereka akan menjadi ahli di bidang yang mereka impikan dengan bekal empat keterampilan berbahasa di atas.
Tarulah kita ambil satu contoh, yakni dengan keterampilan membaca yang baik, apalagi telah mencapai berbudaya membaca, saat laku hidup setiap pribadi adalah membaca sebagai kebutuhan, khususnya membaca segala macam genre buku.
Maka, hal itu pasti membuat kualitas diri melesat pesat. Siswa demikian telah punya modal besar. Sebab telah ada amunisi yang luar biasa, ada bekal karakter diri akibat habbit membaca yang dimiliki. Efek berikutnya, secara otomatis tugas sekolah sebagai patner bagi orangtua untuk mendisiplinkan anak berjalan sukses.
Anak yang berbudaya membaca berarti ia telah merintis takdir hidupnya menuju ke arah keberhasilan. Ia merajut kisah bahagia dengan karakter sebagai pandu pelita hidupnya.
Sementara itu, korelasi antara budaya membaca dengan pendidikan, khususnya pendidikan yang basis utama serta ending-nya adalah penataan karakter tersebut. Maka tujuan itu bisa berhasil jika ada role modelnya. Ada sosok yang menjadi panutan. Ada figur yang menjadi contoh. Tanpa teladan mustahil karakter bisa ditularkan. Dan salah satu upaya membantu menancapkan karakter ke dalam diri seseorang adalah lagi-lagi melalui membaca.
Itu artinya, bagi siapa pun yang gemar sekaligus punya minat tinggi terhadap membaca. Sedikit banyak hal itu memberi pengaruh terhadap perkembangan karakternya. Mereka yang rakus membaca, niscaya kepribadiannya terasah, pun kualitas dirinya teruji.
Dengan demikian, sangat penting untuk membaca apa saja, membaca perilaku manusia dan alam, membaca teks berupa ragam buku yang beraneka genre, termasuk membaca semesta beserta segala isinya.
(Aditya Akbar Hakim)