Selebar Daun Kelor

Foto : Ilustrasi

MEPNews – Adakah yang tidak tahu daun kelor? Agaknya kita semua minimal pernah dengar meski belum pernah menikmatinya sebagai olahan sayuran, misalnya.

Oleh sebagian masyarakat. Daun kelor memang bisa diolah dijadikan sayuran, yakni jangan kelor, orang Jawa biasa menamainya sebagai dodo kelor.

Adapun daun kelor bila dalam kaitannya sebagai perumpamaan, maka daun kelor itu melambangkan sesuatu yang sangat sempit, suatu area yang tidak luas. Sehingga jika dunia diibaratkan seperti daun kelor. Itu artinya dunia tidaklah luas. Dunia itu sejatinya sempit dalam makna kiasnya, dunia itu memang luas jika memakai makna dhohir.

Terkait daun kelor, saat pertama sowan ke DeDurian, ternyata saya mengalami apa yang menjadi makna kias pada daun kelor tersebut. Bagaimana mungkin? Di tempat baru, di lingkungan yang orang-orangnya juga baru serta saya sama sekali tidak kenal. Nyatanya saya digiring oleh semesta untuk menemukan banyak saudara.

Dan jawabannya sangat mungkin, sebab saudara yang saya temui, yang awalnya saya kira orang lain. Ternyata ia adalah Kepala Kebun DeDurian Park, Damanhuri namanya.

Mas Damanhuri ini ternyata sosok yang selama ini satu komunitas dengan saya, dibingkai oleh satu minat yang sama di dunia baca tulis menyatu di komunitas menulis bernama ABM, komunitas yang saya pernah didapuk menjadi ketuanya, dan Mas Damanhuri adalah salah satu dari anggota, yang selama ini belum pernah ketemu, akhirnya kita berdua bisa dipertemukan secara langsung di forum lain bernama DeDurian.

Satu momen ketemuan yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Sama sekali tidak menyangka, saat pertama ketemu itu, kita berdua memang sempat ngobrol sedikit tetapi kita berdua juga belum sadar jika telah satu komunitas, kita satu hobi yakni senang menulis. Saya juga tidak sadar bila kontak beliau nyatanya telah lama telah saya save.

Saat pertama kali saling sapa, sedikit saling tanya soal dari mana serta kenalan nama. Saya pribadi dibuat kagum pada pembawaannya yang low profile. Ia mengenalkan diri sebagai orang yang membantu di DeDurian, bukan selaku kepala kebun. Ia juga mengaku pernah beberapa tahun kerja di Gresik. Saya baru mudeng bila ia seorang kepala kebun setelah diberi tahu oleh adik dan bapak saya yang waktu itu juga turut berkunjung ke kebun.

Mereka berdua yang sempat ngobrol banyak dengan Mas Daman, sedangkan saya setelah bertegur sapa dengannya saya perlu lebih fokus bergantian dengan istri mendampingi si kecil bermain-main lari dari satu spot ke area lainnya menikmati kemolekkan alam di DeDurian.

Baru setelah kami sekeluarga pulang. Kami pamit undur diri lalu kami di malam harinya sampai di rumah. Saya pun japri Mas Damanhuri, setelah siang sebelumnya saya juga telah dikirimi kontak oleh Pak Yus. Maksud saya menjapri, tidak lain saya sampaikan rasa terima kasih kepada beliau bila telah sudi mendampingi kami berkeliling kebun hingga sampai turun jauh ke kali yang mengalirkan air cukup jernih itu.

Sesaat proses japri tengah berlangsung, tiba-tiba ia ternyata menyodorkan tanya yang membuat saya kaget, ia berkata: “Oh ternyata Njenengan pernah gabung grup menulisnya Pak Husnaini nggih?

Saya pun membalas dengan jawaban: “Sampai sekarang masih Ketua SPN, dulu ABM. Walahhhh Mas Damanhuri gabung ABM paling ya? Makanya namanya kok pernah dengar, mboten asing.

Ia balas: “Nggih mas di ABM meski belum aktif menulisnya hehe

Alhamdulillah bisa dibagi ilmunya nih, Mas.

“Masya’Allah ternyata saget ketemu lagi. Saya ini tasek belajar nulis, Mas. Pak Yus dan Pak Hus guru menulis saya. Lha sekarang Mas Damanhuri kan punya amanah jadi kepala kebun, ini hebat, lanjut mantap.” pungkas saya menjelaskan.

“Nggih sami, Mas, saya masih angin-anginan nulisnya. Iya di sini saya juga belajar, Mas, belajar apa saja yang bisa dipelajari hehe….”

Demikian sekelumit obrolan kami berdua via WA. Dari situ saya pun semakin yakin dengan kesahihan bunyi kalimat pada judul tulisan ini. Bila dunia itu selebar daun kelor. Barangkali untuk konteks situasi yang lain, kita juga kerap mengalami momen demikian. Kita yang semula tak membayangkan, tiba-tiba terjadi di luar skenario yang kita pikirkan.

Dan mungkin itulah tanda serta makna dari gerak semesta yang diperintahkan oleh Allah. Semoga kita semua bisa dan terus dipertemukan, dikancani, serta dikumpulkan dengan sahabat-sahabat sejati yang punya visi misi sama demi menggapai rida Illahi.

(Aditya Akbar Hakim)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.