CENTRIUS dan IFI Surabaya Bahas Paris Agreement dan Masalah Iklim

MEPNews.id – Center for Identity and Urban Studies (CENTRIUS) berkolaborasi dengan Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya menyelenggarakan Ekskursus: Paris Agreement dan Sikap Millenial pada Rabu, 4 September 2019.

Acara dihadiri Benoit Bavouset (Direktur IFI Surabaya) dan Anggalia Putri Permatasari (Knowledge Manager Madani Berkelanjutan) sebagai pembicara, diadakan di Ruang Auditorium IFI Surabaya, dan dihadiri kurang lebih 90 peserta dari berbagai komunitas dan mahasiswa Surabaya.

Yang hadir antara lain Komunitas Air Kita dari Jombang, Sobat Bumi Surabaya, Foreign Policy Community Indonesia Chapter UPNVJT, Pusat Studi Indonesia Tiongkok (PUSKIT) UINSA, Pusat Studi ASEAN (PSA) Unair, beberapa staff pengajar IFI Surabaya dan mahasiswa dari UINSA serta UPNVJT.

Acara ini juga didukung oleh Kelompok Kerja Toga SMPN 12 Surabaya di bawah bimbingan Ibu Sunarsih yang menyediakan konsumsi berupa jamu tradisional yang dibuat dari bahan herbal ramah lingkungan.

Benoit Bavouset (berbicara) dan Anggalia Putri Permatasari (berkerudung) memberikan penjelasan tentang Paris Agreement dan masalah iklim.

Acara ini diawali penjelasan dari Benoit Bavouset, dengan terjemahan dan interpretasi konsekutif oleh Eva Agustin, mengenai sejarah dan dinamika Paris Agreement menjadi kesepakatan internasional. Benoit menyebut Paris Agreement adalah salah satu pencapaian paling berhasil dalam diplomasi Perancis karena dampak yang dihasilkan dari kesepakatan ini berdampak global.

Dalam menjelaskan hal ini, Benoit menunjukan cuplikan video bagaimana suasana haru yang terjadi ketika kesepakatan ini disahkan. Dalam video nampak perwakilan-perwakilan negara dan aktor internasional lain berpelukan merayakan keberhasilan mengesahkan perjanjian internasional.

Benoit menambahkan, nilai penting dari Paris Agreement adalah perjanjian ini menjadi awal negara maju dan negara berkembang duduk bersama untuk bersepakat berkomitmen mengurangi emisi gas di bawah 2 derajat.

Pembicara kedua, Anggalia Putri dari Madani Berkelanjutan, menjelaskan Paris Agreement menjadi optimisme baru milenials untuk masa depan lingkungan. Milenials sebagai generasi yang mengalami langsung dampak perubahan iklim perlu berbuat sesuatu yang konkrit untuk masa depan.

Cara yang dapat dilakukan adalah mengubah cara pandang dari “menyelamatkan lingkungan” menjadi “menyelamatkan umat manusia: menyelamatkan diri kita sendiri dan generasi setelahnya”. Dengan mengubah cara pandang ini milenials diharapkan dapat menyentuh dan bahkan menggerakan silent majority untuk sadar dan berbuat konkrit untuk masa depan.

Setelah melalui serangkaian diskusi, semua yang hadir sepakat  perubahan iklim dan kerusakan lingkungan adalah fenomena nyata yang sedang terjadi dan mengancam keberlangsungan kehidupan. Untuk menyelamatkan kelangsungan hidup manusia, perlu langkah sistematis dan berkelanjutan dari level pengambil kebijakan sampai level akar rumput. Pelibatan komunitas untuk menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan mutlak diperlukan.

Acara ditutup pukul 12.30, diakhiri dengan sesi foto bersama semua peserta yang hadir.

Facebook Comments

Comments are closed.